Jumat, November 20, 2009

Dicari Suami Setia

Sebuah artikel saya dapat dari kompas.com publikasi Kamis, 19 November 2009, cukup menggelitik. Silakan dicermati ;)

Dicari Suami Setia


KOMPAS.com - Suami yang setia dan ikatan dengan isterinya kuat, ternyata memiliki kualitas kesehatan lebih baik. Perkawinan pun bisa membuat orang panjang usia.

“Wah, sulit kalau kita dituntut untuk seperti Arief Budiman,” begitu ujar seorang budayawan yang tak perlu disebut di sini namanya.

Di antara golongan intelektual Arief bukan saja dikenal sebagai doktor sosiologi lulusan Universitas Harvard dan aktivis yang kritis. Arief juga dikagumi banyak wanita (walau tidak tampan dan flamboyan), tapi ia selalu setia kepada isterinya, Leila Ch. Budiman.

Kata budayawan tersebut, “Arief itu orang aneh kalau bukan kelainan.” Ia disebut demikian justru karena hidup lurus, bersahaja, dan tidak tergoda untuk selingkuh walau kesempatan untuk itu sangat besar.

Aktor besar yang menjadi salah satu simbol seks Amerika Serikat, Mel Gibson, juga dianggap orang aneh di dunia selebriti. Bintang yang mata birunya bisa meruntuhkan hati wanita itu, bukan cuma memilih menjauh dari kehidupan gemerlap Hollywood. Ia adalah pria yang lebih suka menghabiskan waktunya dengan isteri dan tujuh anaknya.

Sebaliknya Pangeran Charles. Dunia bahkan mengakui kecantikan dan daya tarik sosial isterinya, Putri Diana. Namun pewaris pertama tahta kerajaan Inggris itu mengejutkan dunia karena tak puas dengan yang ada, dan malah selingkuh dengan mantan pacarnya, Camilla.

Apa yang membuat orang seperti Arief atau Gibson tetap setia? Sudah pasti karena mereka memilih setia. Mengapa? Jawabnya bisa bermacam-macam. Dalam hal Arief, gagasan selingkuh tidak pernah mampir di benaknya. Karena itu dia disebut bersahaja oleh teman-temannya. Sementara Gibson yang dibesarkan secara Katolik oleh orangtuanya, telah menemukan makna hidupnya bersama keluarga, sehingga dia tidak memerlukan sensasi yang lain.

Lebih Kuat
Hidup rukun dengan isteri sebetulnya sangat menguntungkan bagi suami. “Yang hubungannya lebih kuat, akan memperoleh manfaat lebih baik,” ujar Vicki Helgeson, Ph.D., psikolog dari Carnegie Mellon University, di Pittsburgh, AS.

Kita sering mendengar ungkapan bahwa di belakang laki-laki sukses, terdapat wanita yang kuat (sayang ungkapan ini tidak atau belum berlaku sebaliknya, sebab banyak kasus wanita sukses yang justru berpisah dengan suaminya).

Tapi manfaat isteri ternyata bukan cuma mendukung supaya karir suami sukses. Helgeson memberikan bukti-bukti bahwa para pasien serangan jantung yang setia dan bisa bicara terbuka dengan isterinya, lebih sedikit merasakan nyeri dada, dan tidak mendapat serangan ulang pada tahun-tahun berikutnya.

Di Indonesia kasus-kasus kematian mendadak saat selingkuh pun cukup sering diberitakan, dan biasanya memang yang bersangkutan menderita sakit jantung.

Menurut profesor psikologi di University of Michigan Medical School di Ann Arbor, AS, James Coyne, Ph.D., pria yang mendapatkan kepuasan dalam perkawinannya, terbukti mengalami depresi 24 kali lebih sedikit dibanding yang perkawinannya retak.

Para peneliti di Ohio State University, di Amerika Serikat lagi, juga membuktikan bahwa pasangan yang sering bertengkar, melemparkan kata-kata kasar, sinis dan sarkastis, ternyata memiliki tekanan darah lebih tinggi dan sistem kekebalan tubuhnya lebih lemah dibanding yang hubungannya mesra.

Dan kesimpulan para peneliti dari National Center for Health Statistics, AS semakin menegaskan tentang pentingnya hidup rukun dan setia dengan isteri. Sebab, perkawinan yang bahagia juga terbukti membuat pria lebih panjang umur 10 tahun.

Apakah dengan demikian Arief Budiman dan Mel Gibson akan lebih panjang umur ketimbang Pangeran Charles atau pria sebaya mereka, yang selingkuh dan perkawinannya tidak bahagia? Kita lihat saja.

@ Widya Saraswati

Kamis, Oktober 29, 2009

- - -

Bingung mau memilih awal kata. Di kepala sedang banyak pikiran tentang kemungkinan-kemungkinan, yang terburuk sekalipun, akibat ketidaktelitian yang telah dibuat sendiri tapi fatalnya menyangkut hajat hidup orang banyak.

Gak bisa cerita lagi...

Senin, Oktober 05, 2009

Lagi Mau Belajar

Hari ini, saya mendapat kenalan baru via online. Awalnya hanya email-email-an karena mau memesan buku. Tapi, setelah coba add di Ym, kita jadi ngobrol deh.

Ntah kenapa tiba-tiba pengen add dia di YM dan pengen kenal lebih jauh. Niatan awal ingin 'belajar'. Ya, sepertinya saya sedang ghirah untuk 'belajar'. Jangan artikan kata itu dengan duduk di bangku sekolah atau kuliah dan mendengar guru atau dosen memberi materi. Kata 'belajar' di sini artinya luas, sangat luas. Seperti yang sedang saya lakukan dengan teman baru saya ini.

Namanya Mba Wulan. Saya panggil 'mba' dengan alasan beliau sudah lebih tua dari saya (belakangan saya tahu usia beliau). Tapi, awalnya memang saya panggil dengan panggilan 'mba' karena memang kebiasaan saya menyapa orang yang belum saya kenal dengan panggilan itu. Belakangan dia bilang dipanggil nama saja, tapi saya belum terbiasa. (Maaf ya, Mba..)

Mba Wulan orang asli Indonesia, orang Jawa Timur. Tapi, sekarang dia tinggal di Jepang karena suaminya WNA dan status anaknya pun WNA. Satu hal yang membuat saya tertarik ingin mengenal Mba Wulan adalah karena beliau adalah ibu rumah tangga yang dulunya adalah wanita karir. Sekarang beliau hanya di rumah mengurus rumah dan kedua anaknya, di samping beragam aktivitasnya yang 'menghasilkan'.

Sudah 6 tahun Mba Wulan hidup berumah tangga. Berbanding terbalik dengan saya yang baru (hampir) 5 bulan. Bahkan Mba Wulan tadi sempat berujar "Wah, masih muda sekali ya". Jadi malu :)

Sekiranya...ini dulu sepotong cerita saya tentang teman baru yang saya kenal hari ini. Semoga di depan nanti banyak lagi pelajaran dan cerita-cerita dari saya tentang Mba Wulan yang bisa saya share di sini ;)

Tidak Mau Mengeluh, Sebenarnya...

Kenapa ya, akhir-akhir ini saya jadi terkesan sering mengeluh?! Padahal, dulu, sepertinya saya orang yang cukup kuat menghadapi bermacam-macam hal. Karena memang selain menjadi 1st in my family, saya pun seperti sudah terbiasa melakukan banyak hal sendiri dan... ya mengeluh sendiri juga. Pun kalau harus mengeluh, ya... sudah ada tempat mengeluh yang 'selalu' ada buat saya, Dia. Tapi, kenapa sekarang jadi terlalu banyak mengeluh pada orang lain, ya?! Iya kalau orang itu betah dan mau mendengar keluhan kita, kalau nggak?! Yang ada kita malah BT karena nggak ada respon yang diharapkan. Bener nggak? Alhamdulillah jika orang tempat kita mengeluh memberikan respon positif yang kita harapkan, sungguh rasanya seperti... tidak bisa saya deskripsikan ;)

Sebenarnya, apa yang saya keluhkan memang hal-hal yang sungguh ingin mendapatkan support
dari orang-orang itu. Walau... (ngaku juga) terkadang ada juga hal-hal yang nggak penting dan nggak perlu dikeluhkan. Dan ketika saya berada di posisi orang yang mendapat keluhan-keluhan 'nggak penting' itu, kok rasanya memang membosankan, ya?! Contoh, deh. Kalau ada bagian tubuh kita yang sakit, lantas kita mengeluh pada orang yang kita percaya, boleh nggak? atau mungkin pertanyaannya, salah nggak? Tapi, kalau sakitnya ternyata tidak terobati lantas ingin mengadu terus dengan orang tersebut, salah nggak? boleh nggak? Dan sekali lagi, jika menilik dari posisi orang yang dikeluhkan, membosankan nggak ya?

Apakah saya harus memilih dan memilah hal-hal yang bisa saya keluhkan?
Apakah saya juga harus memilih dan memilah orang-orang tempat saya mengeluh? Sesuai dengan tema, begitu?
Apakah memang mutlak kebenarannya bahwa jika seseorang itu mengeluh berarti itu pertanda kalau ia tidak bersyukur? Ya Allah... berarti, berapa banyak ketidaksyukuran saya hanya untuk point 'mengeluh' ini ya?!

Belajar bersyukur dan mengurangi mengeluh, yuk! Bismillah... ;)

Rabu, September 23, 2009

Kembali Lagi...

Waahhh....kalau lihat tanggal tulisan terakhir di blog ini, rasanya (agak) malu karena sudah lama tidak lagi mengeluarkan isi kepala sekaligus merupakan isi hati. Kembali mengulang masa lalu, berhenti menulis karena berbagai alasan. Hmmm...banyak alasan aja! :)

Ya, sepertinya...sejak kepergian "sayang kecil", semuanya jadi 'blank', seperti tidak bernafsu juga mengeluarkan cerita-cerita lagi. Waktu luang siy ada aja, hanya kurang dimanfaatkan saja. Padahal, dulu waktu "sayang kecil" belum ada juga masih banyak hal yang bisa ditulis. Iya ngga? (Jadi malu...) Banyak episode-episode hidup yang di-create oleh Dia yang bisa kita tuangkan dalam bentuk banyak tulisan, kenapa cuma karena kepergian "sayang kecil" lantas mematiikan potensi diri?! Hhhh...

Ikhlas. Ya, kata suami saya belajar ikhlas itu sulit. Saya mungkin merasakannya juga saat "sayang kecil" pergi. Awalnya siy...(sok) tegar, tapi akhirnya 'tumpah' juga. Semua sudah kehendak-Nya. Kita (manusia) hanya diperintahkan untuk ikhtiar dan berdo'a, selebihnya, bukan urusan kita, betul?! :) Semoga di kesempatan terbaik-Nya nanti, akan ada yang terbaik untuk diberikan kepada orang-orang terbaik. Subhanallah. Amiin.

Pekerjaan...kalau inget kerjaan, jadi inget hari Senin nanti saya masuk kantor dengan banyak pekerjaan yang menanti. Rasanya jadi ingin libur terus, tapi tetap dapat gaji. (Ups! itu kalimat yang suka dilontarkan oleh suami saya. :P) Tapi, kalau diinget-inget, kangen juga dengan kantor, dengan teman-teman kantor (ada ummi-nya "sayang kecil", ada mbak QQ yang kemaren libur duluan, dll.), dengan kerjaan-kerjaan kantor (hmm...are you sure???).

Sepertinya...udahan dulu deh, see you in another moment. ;)

Selasa, Juli 28, 2009

Cepat Pulang Cepat Sholat, Lambat Pulang Lambat Sholat

Itulah fenomena yang sering terjadi di sekitar kita. Bahkan saat ini, saya sedang peka terhadap kasus yang satu ini di kantor saya sendiri.

Bulan ini, jam pulang kantor dimajukan dari pukul 17.00 menjadi pukul 16.00. Walhasil, waktu sholat ashar yang mendekati pukul 15.30 menjadi ramai jama'ah di mushola. Bahkan, orang-orang menjadi kejar-kejaran dengan waktu pulang kantor. Subhanallah, saya menjadi senang karena banyak kelompok jama'ah yang bisa saya ikuti.

Tapi, perbedaan mencolok yang terjadi di hari Jum'at, di mana jam pulang kantor pukul 16.30. Antrian dan keramaian orang-orang yang berbondong-bondong ingin menunaikan sholat ashar mulai tak ada. Apalagi di pekan ini yang jam pulang kantor sudah kembali seperti semula, pukul 17.00, perbedaan itu terasa sekali, sama halnya dengan bulan-bulan sebelumnya. Rasanya, mencari jama'ah untuk sholat begitu sulit. Kalau sudah tertinggal dari orang yang biasa sholat di awal waktu, bersiaplah untuk menunggu sampai pukul 16.00 lewat baru mendapatkan jama'ah kembali.

Sungguh miris, ya...

Sabtu, Juli 25, 2009

'Sayang Kecil' Hadir

AlhamdulillahiRabbil'alamin...
Sebuah karunia sekaligus bukti kebesaran-Nya telah Ia turunkan. Setelah beberapa hari yang lalu, Ia memberikan surprised-Nya secara perlahan-lahan, akhirnya tadi malam Ia memberikan keseluruhan surprised-Nya. Rasa haru sekaligus kaget ditambah gemetaran.

Beberapa hari belakangan, Mama, Mas-ku, dan sahabatku Ika selalu mendorong untuk melakukan tes urine. Akhirnya, setelah dilakukan 3 kali tes, hasilnya masih negatif. Di bulan ini, saya melakukan 4 kali tes dan hasilnya (sebenarnya) masih kurang meyakinkan. Nah, dari 4 kali tes itu, 2 test terakhir akhirnya menunjukkan sebuah tanda kepastian bahwa di dalam rahim ini telah Ia titipkan seorang buah hati untuk hadir di rumah kami beberapa bulan ke depan, insya Allah. Kepastian itu pun mencapai puncaknya tadi malam saat memeriksakan diri ke dokter kandungan. Setelah di USG 2 kali, terlihatlah sebuah benda asing di dalam rahim saya. Benda asing yang akan tumbuh dan menjadi buah hati kami semua. Belum terlalu besar, memang, makanya dokter sampai melakukan USG 2 kali. Sampai saat USG Intip (seperti itu istilahnya) baru ketahuan ada sebuah sel (mungkin) sebesar bakso.

Rasa tak percaya muncul ketika dr. Koesmaryati, Sp.OG (dokter tempat saya memeriksakan diri) mengatakan bahwa usia si 'sayang kecil' (panggilan kami untuk si jabang bayi) sudah 4 minggu. Hah! Padahal hasil tes positif baru ditunjukkan dalam waktu 1 minggu terakhir, tapi dokter menghitungnya dari tanggal haid saya yang terakhir (padahal haid saya tidak teratur). Ya sudahlah, yang penting, 'sayang kecil' tumbuh dengan sehat. (Ya, sayang ya...).

Rasa senang juga tidak dapat dipungkiri malam itu. Selain mendapat kabar yang telah lama dinantikan kepastiannya, saya sangat senang karena tadi malam ditemani oleh 2 orang yang saya sayangi. Suami dan sahabat saya. Kurang 2 orang sebenarnya, saya ingin ada Mama dan adik saya saat itu. Tapi, tidak mengapa. Sepulang dari RS, saya langsung memberitahu 'tante' dari keponakannya nanti. Betapa histerianya ia, terbukti dengan suara teriakannya yang melengking di telepon. Saya dapat membayangkan batapa bahagianya ia. Semoga kabar gembira ini bisa menghilangkan stressnya menghadapi banyak tugas kuliah SP-nya. Amiin. Mama sebenarnya sudah yakin di tes yang ke-3, pemeriksaan ke dokter ini dalam rangka memastikan semuanya.

Hmmm...
Saya bingung mau melanjutkan tulisan ini. Rasa amazing itu masih menggelayuti pikiran. Dalam sekejap, perut ini akan membuncit, bukan pertanda kebanyakan makan juga atau karena berpenyakit, tapi karena seseorang yang mendiami rahim.


Ya Allah... Alhamdulillah, terima kasih, sujud syukur hamba atas karunia-Mu ini. Rasa syukur ini rasanya tak pernah cukup terucapkan dari bibir ini. Bimbing dan beri hamba petunjuk agar bisa menjaga amanah-Mu ini dengan baik ya, ya Allah. Tidak hanya ketika dia di dalam rahim, tapi juga saat dia keluar ke dunia nanti. Semoga semua syari'at-Mu bisa hambar ajarkan padanya agar ia selalu ingat pada-Mu. Amiin.

Selasa, Juli 21, 2009

Kejutan-Nya Datang Perlahan

Ketika Allah akan memberikan sebuah 'kejutan' untuk hamba-Nya, bisa jadi tidak datang secara langsung (full), tapi perlahan-lahan, bahkan terkadang membuat kita menjadi penasaran. Terdengar aneh, ya? Tapi, saat ini saya merasakannya seperti itu. Menurut saya, (mungkin) Allah ingin menguji hamba-Nya sabar atau tidak, niy.. :)

Saya pernah membuat sebuah tulisan bahwa saya suka dan senang memberi surprised dan senang jika diberi surprised. Tapi, (di tulisan itu saya bilang) saya tidak suka yang setengah-setengah, artinya membuat orang penasaran. Ternyata, kali ini, saya seperti sedang merasakan apa yang saya tidak suka itu. Ya, saya sedang merasa akan diberi surprised oleh-Nya secara perlahan-lahan, seolah-olah ada rasa penasaran karena surprised itu memang belum ketahuan jelas. Mungkinkah memang karena Dia ingin menguji kesabaran saya atas surprised itu?

Semoga diri ini tetap bisa bersabar sampai 'saat itu' tiba karena saya yakin 'saat itu' adalah saat terbaik dari-Nya :)

Kakak-Adik, Suami-Istri

Kali ini saya ingin mengajak pembaca untuk menjawab pertanyaan dari ilustrasi yang saya berikan.

Dalam sebuah keluarga, antara kakak-adik pasti tidak selamanya akur. Ada pertengkaran dan permusuhan, kadang-kadang. Itu semua lumrah. Jika suatu ketika, Anda sebagai kakak tiba-tiba terbangun dari tidur, lalu menyuruh adik Anda untuk mengambil minum. Saat itu Anda sebenarnya bisa bangun untuk mengambil air minum sendiri, tapi Anda justru meminta adik Anda yang mengambilnya padahal saat itu dia sedang tidur dengan pulas.

Ada kemungkinan, adik Anda akan menolak mengambilkannya karena dia tahu bahwa Anda punya kemampuan untuk mengambilnya sendiri. Lagipula, dia sedang enak-enaknya tidur, tapi Anda malah membangunkannya hanya untuk mengambil minum. Jika Anda orang yang keras, Anda akan tetap keukeuh (kata orang Sunda) memaksa untuk diambilkan minum oleh adik Anda. Ternyata, karakter adik Anda juga keras, dia pun keukeuh untuk tidak mau mengambilkan minum untuk Anda.

Apa yang terjadi? Saya juga tidak bisa menebak akhir dari sepenggal cerita di atas. Anda bisa? Silakan menebaknya :)

Saya akan berikan pertanyaan selanjutnya. Jika kedua adik-kakak itu saya ganti dengan suami-istri. Di mana si suami yang baru bangun tidur tiba-tiba merasa haus dan minta diambilkan air minum oleh istrinya yang (juga) sedang tertidur pulas. Apa pendapat Anda? Akankah ada kekerasan juga di peristiwa yang kedua ini?

Silakan Anda jawab dan pahami sendiri, ya :) (karena saya juga sedang berusaha mendapatkan hikmah dari peristiwa itu)

17 Juli, Tanggal Bersejarah

Kita semua tahu, sebuah tanggal dikatakan bersejarah jika di dalamnya terjadi sebuah peristiwa yang (mungkin) bisa dibilang heboh, ada sebuah prestasi di tanggal tersebut, ada peristiwa menyangkut orang penting, dan yang sejenisnya dan arahnya ke kutub positif.

Tanggal 17 Juli. Ya, tanggal itu merupakan tanggal bersejarah untuk kedua orang tua saya karena di tanggal itu buah hatinya yang pertama lahir ke dunia dengan selamat. Tanggal itu tak akan pernah dilupakan oleh mereka. Saya sendiri, sang buah hati pertama itu, juga tidak pernah melupakan tanggal itu. Kecuali, suatu ketika nanti saya sedang sibuk-sibuknya sampai benar-benar lupa tanggal :)

Bagi negara Indonesia tercinta ini, tanggal itu juga ada maknanya. Jika kita melihat ke daftar tanggal-tanggal bersejarah, akan ditemukan sebuah peristiwa di tanggal 17 Juli (tapi saya belum ketemu tahunnya berapa). Ya, di tanggal itu terjadi peristiwa integrasi Timor-Timur ke wilayah Indonesia. Peristiwa bersejarah? Iya, jelas.

Sekarang, ada peristiwa terbaru yang terjadi di tanggal yang sama, 17 Juli 2009. Saya tidak tahu apakah peristiwa yang baru saja terjadi ini bisa dikatakan sebagai sejarah atau tidak. Yang jelas, Sejak peristiwa itu terjadi, tanggal 17 Juli seringkali disebut-sebut. Berarti, peristiwa di dalamnya termasuk sejarah, dong?! Ya, di tanggal 17 Juli 2009, terjadi sebuah heboh yang mengguncang negara, bahkan juga mengguncang dunia. Terjadi peristiwa pemboman di dua hotel terkenal, termewah, termegah di Indonesia, atau bahkan di dunia.

Kedua hotel tersebut adalah JW Marriott dan Ritz Carlton di kawasan Mega Kuningan, Jakarta. Daerahnya mendekati daerah tempat suami saya bekerja, walaupun dinyatakannya bahwa tidak dekat-dekat banget. Kedua bom yang meledak di pagi hari itu menewaskan (berapa ya...?) 9 orang dan melukai 53 orang yang di antaranya ada WNA juga. Hmm...cukup tragis.

Sudah lewat 4 hari. Jika diibaratkan bayi, mungkin masih ada merah-merahnya kali, ya, di usia itu (maaf, saya hanya bisa menduga karena belum pernah punya bayi :)). Kembali ke topik awal, sudah lewat 4 hari dan sekarang giliran pihak kepolisian yang bekerja ekstra (bukan lagi kerja keras) untuk menyelidiki dan mengungkap pelaku pengeboman yang banyak disebut sebagai bom bunuh diri.

OK, untuk bapak-bapak pihak berwajib, semoga kerja ekstra-nya membuahkan hasil dan segera bisa menangkap pelaku pengeboman itu agar rakyat bisa tenang.
Semangat ya, Pak! :)

Jumat, Juli 17, 2009

Because She is My Lovely Mom

Awalnya merasa sulit untuk merangkai kata-kata di tulisan ini. Judul di atas pun seolah-olah berkelebat dan langsung dijadikan judul. Sepertinya, sosok seseorang yang jasanya tak pernah terbayarkan oleh apa pun di dunia ini tak akan bisa digambarkan oleh berjuta-juta kata. Cukup di dalam sini (sambil nunjuk ke arah hati) yang bisa merasakan.

Hari ini, di 26 tahun yang lalu, seseorang sedang berjuang melawan maut demi melahirkan seorang bayi mungil dengan selamat ke dunia fana ini. Mungkin sampai detik ini, diri ini hanya bisa merasakannya lewat tulisan-tulisan yang dibaca dan pembicaraan-pembicaraan yang didengar tentang betapa sulitnya masa-masa melahirkan. Tapi, cukup sampai detik ini saja saya sudah merasakan betapa agung sosok itu. Apalagi jika suatu saat nanti, insya Allah, Dia mengizinkan diri ini berada di posisinya 26 tahun yang lalu. Mungkin rasa sayang itu akan semakin semakin semakin bertambah bertambah bertambah...

Mom... Saya tahu, beliau bukan sosok yang selalu 'ngemong' anak-anaknya. Anak-anaknya dididik dengan ketegasan, kecerewetan, kemandirian sampai jadi seperti ini, saya dan adik saya. Saya pernah merasa iri dengan teman-teman yang bisa bicara manja dengan mama mereka. Benar-benar iri saat itu. Tapi, ternyata di lubuk hati terdalam, she is my mom, my perfect mom, always.

Mama... Saya tahu, beliau bukan sosok seseorang yang bisa selalu berkata 'manis' dengan kami, anak-anaknya. Tapi, satu hal yang saya tahu dan itu pasti, bahwa semua kata-katanya adalah isi hatinya yang terdalam dan ungkapan rasa sayangnya kepada kami, saya dan adik saya.

Hari ini, ucapan "selamat ulang tahun" terindah saya dapatkan saat beliau menelepon tadi siang. Bukan ucapan dengan nada 'ngemong', bukan ucapan dengan nada 'manis', tapi...apa yang tadi terdengar cukup membuat airmata ini kembali (lagi) tak tertahankan.

Mendengar ceritanya susah payah mencari sebuah selimut yang memang pernah beliau usulkan untuk saya beli, rasanya sedih. Membayangkan seberapa susah payahnya beliau membawa selimut dengan ukuran yang... pasti kita semua bisa membayangkannya, dengan belanjaan-belanjaannya yang lain, naik ojeg. Padahal saya baru berencana untuk pergi membelinya saat weekend nanti. Tapi... telah ada seseorang yang dengan susah payah dan rela melakukan itu semua.

'Tuk Mama...
Terimakasih untuk semuanya, ya... Always love you.
(Rasanya ada sesuatu tak tertahankan lagi di kelopak mata ini)

Today is A Surprised Day

Happy Birthday...
Ucapan itu saya berikan untuk diri saya sendiri. Ups, PD bener, ya?!

Hari ini, saya merasa begitu banyak orang yang sayang sama saya (dari dulu juga siy...). Tak terkecuali Yang Maha Penyayang, Allah SWT. Oleh karena Dia lah, saya merasa menjadi orang paling beruntung di dunia. Pastinya, semua ini tidak sampai membuat diri lupa akan bentuk syukur nikmat yang telah Dia berikan.

Pagi ini, tepatnya dini hari pagi tadi, kira-kira jam dua pagi, laki-laki yang terbaring di samping saya tiba-tiba bangun dan membangunkan saya juga dengan memberikan ucapan selamat hari lahir plus kecupan di pipi. Saya yang masih merem-melek sedikit kaget, tapi rasa senangnya tetap ada. Setelah itu, mata ini tidak lagi bisa dipejamkan. Belum selesai sampai di situ. Ketika saya membuka laci lemari baju, saya dikejutkan lagi dengan setangkai bunga mawar (hidup, bukan plastik :)) dan sebuah kartu ucapan berbingkai merah, semerah warna mawarnya. Mungkin setelah membacanya, wajah saya juga ikutan berwarna merah (iya ngga, Mas?)

Kira-kira menjelang adzan subuh, sahabat saya sebagai orang yang 1st sms memberikan ucapan milad juga. Senangnya bertambah lagi. Belum selesai sampai di situ. Saat saya "nyamper" sahabat saya itu di rumahnya untuk bersama-sama berangkat ke kantor, saya kembali mendapat kejutan di sana. Sebuah "short message service" yang cukup membuat saya terharu. Linang airmata pun tak terbendung di sana, sebuah tangis bahagia. Pelukan hangat pun tak terelakkan. (Makasi ya, Ka... :))

Selain itu semua, bahkan sebelum itu semua, ada seseorang yang sudah jauh-jauh hari mempersiapkan sebuah hadiah terindah untuk saya, bahkan mungkin bukan hanya hari ini, melainkan everyday adalah hadiah. Jika orang lain tak menganggap itu sebuah hadiah, tapi bagi saya itu adalah hadiah terindah. Sudah beberapa hari yang lalu, my mom bertanya tentang cara membuat pasta (spagheti). Setelah bertanya, keesokan harinya ternyata mama bukan memasak itu. Sampai hari ini, ketika makanan itu sedang dipersiapkan di dapur dengan aroma pasta khas yang sudah saya kenali, saya tahu untuk apa pertanyaan-pertanyaan mama kemarin itu. Ups, saya kok jadi pengen nangis lagi, sekali lagi, tangis bahagia, karena begitu banyaknya orang yang sayang pada saya. Alhamdulillahirrabbil'alamin...

Saat di kantor, selepas sholat dhuha, saya mendapati 1 missed call dan 1 sms di ponsel saya. Rupanya my dad, dengan ucapan selamat ulang tahun-nya. Tak lama berselang, seorang teman yang dulu dekat dan sekarang telah jauh (tempat tinggalnya, maksudnya) mengirimkan sebuah sms berbahasa inggris yang indah. Tak lama pula, saat saya dipanggil oleh manager untuk sebuah proyek pembuatan produk baru dengan sponsor salah satu merk susu terkenal, ponsel saya berdering. Saya mendengarnya tapi tak bisa bergeming. Ternyata, setelah dari ruang manager, saya mendapati kembali 1 missed call 'n 1 sms, dari adik ipar saya dan suaminya yang memberikan ucapan 'met hari lahir dan do'a yang semoga dengan di-amin-kannya do'a itu, sampailah do'a tersebut kepada Sang Maha Mengabulkan Do'a. Amiin ya Rabbal'alamin.

Ada satu hal yang tiba-tiba terpikirkan di sini (sambil nunjuk ke arah kepala), di mana ya, saudari-saudari lain yang dulu mengirimkan ucapan-ucapan milad di awal-awal waktu. Mungkinkah karena sekarang kami tak lagi bersama-sama? Mungkinkah karena kami sudah jarang bersua? Mungkinkah mereka lupa? Atau...mungkin saya yang melupakan mereka lantaran tidak juga ingat saat mereka milad??? (Ampuni hamba, ya Allah...)

The last for this writing...
Sejak pagi tadi, ntah kenapa diri ini seolah-olah sedang menungu sebuah keajaiban dari-Nya. Keajaiban yang hanya Dia yang tahu. Semoga keajaiban itu kan menjadi nyata, suatu saat nanti. Maybe today, tomorrow, the day after tomorrow, next day, next week, next month, next two months,
next three months...
Amiin ya Rabbal'alamin.

Kamis, Juli 16, 2009

Surprised Day (Part-2)

Hari ini, di tanggal yang sama dua bulan yang lalu, ntah apa yang sedang terjadi. Jika bukan karena kehendak-Nya, tidak akan ada hari di tanggal 16 Mei 2009. Atau lebih tepatnya, tidak akan ada moment apa-apa di tanggal itu jika bukan karena-Nya. Subhanallah...

Hari ini, tepat dua bulan yang lalu, telah terjadi sebuah ikatan suci, sebuah ikatan kokoh yang insya Allah hanya akan dapat dipisahkan oleh-Nya karena Dia-lah yang menyatukan kami. Ada sebuah pernikahan di tanggal ini, dua bulan yang lalu. Pernikahan dua orang yang dijadikan satu dalam sebuah ikatan. Jika harus mengatakan "tidak pernah terbayangkan sebelumnya" mungkin kurang tepat juga. Tentunya kita semua pernah membayangkan berada pada hari itu sebagai seorang ratu tercantik, berdiri di samping seorang pria yang (menurut kita sendiri) paling tampan sedunia. Sesederhana apa pun bayangan itu, yakinlah bahwa pada saat itu, hanya ada satu ekspresi yang bisa digambarkan, bahagia.

Hari ini, saya mendapat surprised dari pria paling tampan sedunia itu. Setelah sebelumnya saya "menyanyi" lebih dahulu di sampingnya sambil ia membuka contekkan (sebenarnya ia sudah lebih dulu bisa "menyanyikan" lagu itu). Lalu, ia minta gantian. Kami pun berubah posisi, saya mendengarkan "nyanyiannya" dengan saksama. Dua setengah lantunan surat ia tuntaskan. Ada rasa iri di hati ini. Ya, bagaimana tidak iri, dulu saya yang duluan menghafal lagu A baru diikuti olehnya, tapi ternyata justru saya yang belakangan baru hafal. Ditambah, bukan satu tapi hampir tiga surat ia "nyanyikan". Bertambah iri lah saya.

Hafalan tadi semoga jadi hadiah untuk kami berdua, di usia pernikahan yang ke-2 bulan ini :)

NB.
Semoga ada tambahan surprised hari ini, dari siapa pun :)

Sebuah Kata, "Cerewet"

Bermula sejak tadi malam. Saya dan suami membahas tentang pemahaman kami terhadap kata 'cerewet'. Rupanya kami punya pemahaman yang berbeda. Cukup jadi diskusi yang panjang tadi malam, bahkan sampai mata ingin memejam.

Pemahaman suamiku, jika seseorang dicerewetin berarti ia melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang. Dengan kata lain, orang itu tidak mengambil pelajaran(hikmah) dari kesalahan yang pernah dilakukan sehingga mendapatkan 'cerewetan' lagi bahkan dari orang yang sama. (Benar begitu ya, Mas?) Sedangkan saya sendiri memahami makna cerewet bahwa jika seseorang dicerewetin berarti orang yang mencereweti kita ada perhatian dengan kita. Perhatian, satu kata itu memiliki berjuta makna. Siapa yang tidak mau diperhatikan oleh orang lain. Ada yang bilang perhatian itu tanda sayang. Betul ngga, ya?!

Misalnya, jika kita berbuat sesuatu yang salah dan ditegur, itu tandanya orang yang menegur kita perhatian dan ingin agar kita tidak melakukan perbuatan salah itu. Jika ternyata di lain waktu kita melakukan hal (kesalahan, red.) yang sama dan ditegur dengan orang yang sama, itu berarti orang itu masih menaruh perhatian dengan kita dan selalu ingin mengingatkan kita bahwa hal yang kita lakukan itu salah. Sampai akhirnya, ada harapan terselubung dari orang yang menegur kita itu bahwa suatu ketika nanti kesalahan itu tak dilakukan lagi di lain waktu. Ada harapan pembelajaran di sana. Secara logika, tidak ada orang yang mau dicerewetin seumur hidup dan tidak ada juga orang yang bisa mencereweti seseorang terus-menerus seumur hidup. Deal?

Tapi, bukan berarti orang yang sudah tidak mau mencereweti kita lantas sudah tidak mau perhatian kepada kita lagi. Cerewet itu hanya suatu bentuk perhatian, jangan digeneralisasi, ya :)


NB.
Buat Mama, terimakasih karena sejak kecil sudah cerewet kepada anak-anaknya. Dengan cerewet Mama itu, anak-anaknya kini bisa menjadi 'baik'.

Rabu, Juli 15, 2009

Surprised Day

Hah!!! :-O (dengan mulut terbuka menganga dan mata membelalak)
Itu ekspresi saya saat pagi ini melakukan sesuatu yang memang sudah saya jadwalkan sejak semalam. Apakah itu? Menimbang badan.

Memang, sudah beberapa hari belakangan, saya merasakan ada yang berubah dengan badan saya. Hal yang paling saya rasakan adalah sempitnya pinggang rok-rok yang saya pakai. Saya pikir lantaran hanya karena sehabis makan saja makanya pinggang rok terasa sempit, tapi ternyata sejak pagi mau berangkat ke kantor pun saya sudah harus melonggarkan pinggang rok saya itu.

Sahabat saya pun merasakan ada yang berubah dari penampakan fisik saya. Bahkan dia juga sempat bercanda bahwa ban motornya jadi kempes lantaran berat badan saya yang sudah bertambah :) Ada-ada saja. Teman lain di kantor pun mengatakan pipi saya terlihat lebih tembem. Suami juga pernah meminta saya untuk menimbang berat badan karena dirasa ada yang berubah pada diri saya. Tapi semua itu tidak saya pedulikan karena saya masih merasa fine-fine saja dan berpikir "Mana mungkin berat badan saya naik. Bukannya kalau sudah menikah, yang jadi gemuk itu sang suami, bukan istri." Sampai akhirnya, tadi malam, saya ceritakan tentang sempitnya rok kepada my mom (karena hampir semua rok saya adalah jahitan tangan beliau). My mom pun menyuruh saya menimbang berat badan. Lalu, di ponsel saya buat reminder untuk menimbang berat badan keesokkan harinya (pagi ini, red).

Hah!!! Benar, perkataan semua orang-orang itu benar. Berat badan saya naik, tidak tanggung-tanggung, naik 2 kg. My mom sampai terheran-heran. Suami pun terlihat begitu gembira, berlawanan dengan terheran-herannya my mom. Tak ayal, sahabat saya pun girang sekali begitu saya beritahu berat badan saya naik 2 kg. Saya yang punya badan saja masih terheran-heran merasa tidak percaya.

Dalam jangka waktu 2 bulan sejak menikah, saya sudah menaikkan berat badan 2 kg. Bagaimana nanti, ya?! Memang, beberapa hari belakangan, nafsu makan saya memang melebih hari-hari sebelumnya. Saya pun merasa heran sendiri kenapa bisa begitu. Tapi, semua saya jalani biasa saja. Dan ternyata, memang ada imbasnya. Sungguh surprised!

Hah!!! :-O

Selasa, Juli 07, 2009

"Skenario" Akan Terus Berjalan

Sang Pembuat Skenario, Sang Sutradara akan selalu memutar episode-episode kehidupan yang tidak akan pernah berhenti. Semua scene akan terus berjalan, bergantian, bertukar tempat, dan semuanya berjalan dengan harmonis, tanpa kejanggalan. Karena Sang Sutradara Mahasempurna, tanpa cela.

Sudah lama tidak mengisi 'kehidupan' di blog ini. Saat sekarang mengisi langsung menuju ke titik yang 'berat' (mungkin). Tapi, semoga saja tidak karena semata-mata tulisan ini pun mewakili isi hati yang beberapa hari ini sedang berusaha menyadari bahwa "skenario" akan terus berjalan.

Sebagai pemain dalam 'drama' kehidupan, kita tidak bisa protes macam-macam atas apa yang dititahkan oleh Sang Sutradara, apalagi mau protes dengan Sang Pembuat Skenario. Sang Sutradara yang sekaligus Penulis Skenario memiliki hak mutlak untuk mengatur para 'pemain' untuk tunduk pada aturan-Nya. Dan satu hal yang pasti, semua 'aturan' itu pasti baik, karena Dia tahu yang terbaik.

Sampai di sini, tulisan ini terlihat berputar-putar tanpa inti yang jelas, ya? Coba dilanjutkan dulu.

Sampai detik ini, tiba-tiba, saya menyadari bahwa semua "skenario" yang telah Allah tetapkan begitu indah, sangat indah. Nikmatnya tidak terkatakan, hanya bisa bersyukur, bersyukur, bersyukur, tanpa batas. Bahkan di tengah sebuah kesulitan pun, Dia tetap memberikan nikmat yang tak tergantikan, dengan apa pun.

Kadang-kadang ingin menangis, kenapa diri ini selalu banyak menuntut dari-Nya. Padahal, nikmat-Nya sudah tak terhitung lagi. Betapa serakahnya saya. Apalagi, saya hanya seorang hamba yang hina penuh dengan dosa. Mungkin belum semua titah-Nya saya jalankan dengan ikhlas, tapi saya sudah menuntut macam-macam dari Sang Pemberi titah.

Satu hal terakhir yang ingin saya tuliskan di sini. Perjalanan hidup masih sangat panjang. Pun jika hanya tinggal 1 hari saja hidup ini, itu pun waktunya akan panjang. Pun jika hanya tinggal 1 menit, itu akan sangat panjang. Jangan pernah berpikir bahwa kau hidup sendiri. Di luar sana banyak orang-orang yang secara fisik hidup sendiri, dan kesendirian itu telah membuat mereka 'sakit'. Di luar sana, banyak orang-orang yang membutuhkanmu, berjalanlah bersama mereka, bersama-sama, tentunya. Samakan langkah kalian, samakan tujuan kalian. Ingat, "skenario" akan terus berjalan, manfaatkan waktu-waktu yang ada dengan melakukan titah-Nya dengan sebaik mungkin. Jadikan diri berguna untuk sekitar.

(terlihat betapa amburadulnya tulisan ini :). semoga para pembaca berkenan :))

Rabu, Juni 24, 2009

Do'anya yang Kompak

Ada satu permintaan yang saya lontarkan kepada suami di detik-detik menjelang hari miladnya beberapa hari yang lalu. Entah ia sadar atau tidak (ehm..Mas sadar ngga?), sebenarnya saya meminta itu memang lantaran menjelang hari miladnya. Sebuah 'surprised' kecil menuju ke 'surprised' berikutnya.

Selepas sholat maghrib, selesai berzikir, saya memintanya untuk memimpin do'a bersama dan saya akan meng-amin-kannya. Suami saya merasa aneh dan terheran-heran, tapi setelah itu tetap ia lakukan permintaan saya itu. Semua do'a yang ia lontarkan berbahasa Arab, saya mengerti, tapi tidak semuanya saya pahami. Tadinya saya pikir ia akan berdo'a juga dalam bahasa Indonesia, tapi ternyata tidak. Katanya, semua permintaan dan do'a sudah terangkum dalam do'a-do'a dalam bahasa Arab tadi, khususnya di penutup do'a.

Saya mendapatkan inspirasi tentang do'a bersama itu dari guru ngaji saya saat saya ngaji hari Ahad pagi. Kata beliau, suami-istri do'anya mesti kompak, biar diijabah sama Allah, candanya. Tapi, saya pikir, mungkin aja ada benarnya, walaupun saya tidak terlalu mempercayainya. Bukankah do'a yang dipinta oleh banyak orang maka bisa lebih makbul, pikir saya. Makanya, saya meminta suami untuk memimpin do'a waktu itu supaya isi do'a kami sama dan Allah berkenan mengabulkannya.

Selasa, Juni 16, 2009

Pagi Ini...

Pagi ini...
Seperti biasa, saat saya memakai jilbab di depan cermin, suami selalu memerhatikan saya. Dia melihat step2 saat saya memakai jilbab. Sepertinya dia (memang) sedang menghafal step2 itu karena saya pernah bilang kalau adik laki2 teman saya pernah memakaikan jilbab tetehnya dan hasilnya rapi. Dia seperti tertantang untuk bisa melakukannya pada istrinya sendiri.

Pagi ini...
Habit itu kembali dia lakukan. Bahkan, untuk pagi ini, dia membawakan peniti saya di tangannya agar saya tidak bolak-balik ke meja tempat saya menaruh peniti yang jaraknya agak jauh dari cermin. Tak lama, dia melihat di antara peniti-peniti itu belum ada bros-nya. Lalu, dia mencari kotak tempat saya menyimpan bros dengan maksud mau memilihkan bros untuk saya yang match dengan jilbab/baju yang saya pakai. Setelah menemukan kotaknya (yang saya bantu juga karena dia tidak tahu tempatnya), dia langsung memilih bros yang sesuai. Namun, karena saya juga tidak terlalu hafal dengan warna yang ada dalam koleksi bros saya, dan seingat saya tidak ada warna yang match dengan baju yang sedang saya pakai, saya katakan agar memakai warna yang netral saja, silver. Akhirnya, dia memilihkan sebuah bros yang... (apa yang harus saya katakan) sebenarnya sudah lama sekali tidak saya pakai. Selain karena warnanya sudah pudar, saya pun sudah hampir melupakan bros itu. Padahal dulu, teman-teman mengatakan bros itu cantik, bentuknya kupu2 dengan aksen timbul seperti ada berliannya. Bros itu pun saya terima dan saya pakai dengan senang hati. Dalam hati berujar, "bros ini pilihan suamiku".

Pagi ini...
Jadilah, pagi ini saya memakai bros yang sudah lama tak pernah dipakai. Bros kupu-kupu pilihan Mas-ku. Tiba-tiba saja saya jadi kangen sama bros ini. Sedang coba mengingat-ingat bros kupu-kupu ini dulu beli di mana atau dari siapa ya...?

Pagi ini...
Makasih ya, Mas :)

Rabu, Juni 10, 2009

Jangan Mengharap Pada Makhluk

Berharap pada makhluk hanya akan mendatangkan kesedihan saat kau tidak mendapatkannya. Makanya jangan mengharap pada makhluk. Kita tidak pernah tahu kesibukan yang dijalani oleh orang-orang yang kita 'harapkan' akan menolong kita saat kita sedang membutuhkannya. Dan ketika orang yang kita harapkan benar-benar sibuk dan tidak bisa kita harapkan, kita akan kecewa. Tapi, itu memang hak dia.

Sebaliknya, berharaplah hanya pada Allah. Karena Ia tidak akan pernah sibuk. Ia akan selalu ada untuk hamba-hamba-Nya dan selalu mendengar keluh kesah hamba-hamba-Nya. Bahkan isi hati yang terkadang kita tidak tahu, Allah tahu. Saat kita meminta untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita, Allah selalu ada dan tahu jawabannya. Walaupun bukan datang langsung dari-Nya, tapi bisa saja datang dari orang lain yang tidak kita sangka. Atau mungkin...Allah datangkan 'seseorang' yang sebelumnya kita 'harapkan'. See?

Tulisan ini terkesan berantakan. Mungkin karena tidak lagi memikirkan alur, tapi hanya mengeluarkan semua-semua-semua yang ada di kepala secara spontan. Akhirnya, menjawab tulisan No Titled-2, ada yang bisa dirangkai, ada yang bisa diluapkan, ada yang bisa dideskripsikan. Akhirnya... :)

(No Title-2)

Banyak kata-kata yang ingin dikeluarkan dari kepala ini,
tapi sulit sekali merangkaikannya
Banyak rasa di hati ini,
tapi ntah kenapa sulit meluapkannya
Banyak pikiran di kepala ini,
tapi berat sekali mendeskripsikannya

Maaf...

Senin, Juni 08, 2009

Benarkah Semua Nikmat Ini Ujian-Mu?

Tersentak kaget waktu mendengar sebuah pernyataan bahwa "semua nikmat yang sekarang sedang kau rasakan merupakan ujian dari Allah untukmu." Rasanya seperti ditampar, disadarkan, bahwa "engkau jangan terlena!"

Kita memang tidak boleh su'udzon kepada Allah. Semua nikmat yang Allah beri, jelas harus kita syukuri. Banyak cara mensyukurinya, mulai dari sekadar mengucap hamdalah sampai memanfaatkan dengan baik nikmat yangn Allah kasih itu. Tapi, bagaimana jika ternyata nikmat yang Allah kasih ternyata di baliknya ada sebuah ujian yang menunggu kita?! Atau, apakah ketika kita bersyukur dan benar-benar memanfaatkan nikmat dari Allah di jalan kebaikan, lantas ujian itu berubah menjadi 'tambahan nikmat'?!

Hidup yang sepertinya baru berjalan selama 2 tahun ini, rasanya hanya dipenuhi dengan nikmat dan nikmat. Ya, saya merasa baru hidup selama 2 tahu. Usia saya baru 2 tahun. Dan selama 2 tahun ini, saya merasa nikmat Allah tidak pernah berhenti mengalir. Saya mensyukurinya, bahkan sangat mensyukurinya. Sampai sebuah kalimat yang menyentakkan itu terdengar. Seperti disentil telinga ini, rasa sakitnya mungkin tergambar seperti itu.

Ya Allah...
Kenapa diri ini tiba-tiba merasakan sebuah ketakutan akan ujian yang ada di balik semua nikmat-Mu ini. Bukan seharusnya rasa ini ada di dalam hati. Bukankah itu sama saja dengan ragu akan semua kebesaran-Nya yang telah memberikan semua nikmat dan karunia di dunia ini?!
Astaghfirullahal'adzim...

Bukan maksud hati berpikiran akan hal ini. Kalimat di atas sepertinya memang benar adanya. Di setiap apa yang Allah berikan, kita harus yakin bahwa akan ada hikmahnya, berupa apa pun bentuknya. Kepastian yang perlu kita pegang adalah jangan pernah sombong dengan semua nikmat itu. Semua nikmat tidak akan pernah ada tanpa kehendak-Nya. Kita tidak ada apa-apanya di mata Sang Khaliq. Kelak kita hanya manusia yang penuh dosa dan menunggu hisab akan amalan selama di dunia. Dan yang terbaik nanti hanya hamba-hamba yang ta'at dan beriman.

Kemudian, yakinkan diri bahwa ujian yang Allah datangkan akan ada hikmahnya dan yakinlah bahwa ujian yang Allah berikan tidak akan melampaui batas kemampuan setiap hamba-Nya. Allah yang menciptakan diri kita, Dia tahu sampai di mana batas kemampuan kita menerima semua ujian-Nya. Jika diri merasa berat, itu bukanlah yang sebenarnya. Karena apa yang berat menurutmu, belum tentu berat menurut Allah, serta apa yang baik menurutmu belum tentu baik menurut Allah.

Teruslah beramal
Teruslah bersyukur
Teruslah beramal baik
Teruslah...!

Bolehkah, ya Allah...?

Ya Allah... Ya Rabbi...
Alhamdulillahirabbil'alamin
semua nikmat dan karunia-Mu
selamanya tidak akan pernah terhitung
selamanya tidak akan pernah terbalas oleh apa pun
selamanya tidak akan pernah ada yang menandingi

Syukur hamba pada-Mu, ya Allah...

Berkali-kali ucapan syukur hamba pada-Mu
Tak dapat lagi lisan ini menggambarkan
Betapa bahagianya diri ini dengan semua nikmat dari-Mu

Ya Allah...
Jika boleh ku meminta
Izinkan orang yang aku sayang
mendapatkan kebahagiaan ini juga
merasakan apa yang hamba rasakan
menikmati karunia yang sama
seperti yang telah Kau berikan untukku
Bolehkah, ya Allah...?
Bolehkah, ya Allah...?
Bolehkah, ya Allah...?

Hamba tidak ingin merasakan kebahagiaan ini seorang diri
Hamba ingin orang lain turut bahagia
Menikmati karunia-Mu yang tak pernah tertandingi oleh apa pun

Ya Allah...
Perkenankanlah permohonan hamba
Amiin

Selasa, Juni 02, 2009

Semangat!!!

Back to work!
Satu kata itu sebenarnya sudah ada sejak kemarin. Setelah beberapa bulan tidak ada
job yang jelas, mulai kemarin semua kembali normal. Mungkinkah... karena ada proyek?! Entahlah.... Tapi, dengan kondisi begini (semoga bisa tetap begini) juga jelas dan enak, tidak malah jadi luntang-lantung nda jelas.

Sedikit lelah mulai terasa karena tadi malam pulang dari kantor cukup malam. Padahal baru satu malam lembur lho, masih ada 16 hari lagi. Mata jadi terasa berat sekali, ingin meletakkan kepala di meja walau hanya beberapa menit untuk memejamkan mata. Tapi, itu semua hanya khayalan. Sekarang waktunya menyelesaikan semua pekerjaan, menghasilkan sesuatu yang berharga dan berkualitas.

Hari ini, ngga bisa menulis banyak karena pikirannya sudah ke tumpukan kertas di meja. Tuh, kertas-kertas udah pada ngeliatin. Iiiiyyhhh....
SEMANGAT!!!

Senin, Juni 01, 2009

Dua Kecupan di Pagi Hari

Hari ini...
Ya, hari ini adalah hari Senin, tanggal 1 Juni 2009. Awal bulan sekaligus awal pekan, Senin. Hari yang cukup
crowded (mungkin) bagi beberapa orang. Di hari yang cukup mem-bete-kan bagi beberapa orang ini, saya ingin membuatnya menjadi tidak bete, bahkan membuatnya menjadi hari yang menyenangkan. Dan sepertinya memang begitu. GR-nyaaaa...

Hari ini, tepatnya di pagi hari ini, saya memberikan dua kecupan kepada dua orang yang saya sayangi. Pertama, untuk suami tersayang. Bukan kebiasaan yang biasa. "Baru kali ini..." itu kalimat yang terlontar dari lisan suami saya sesaat ketika saya kecup pipinya. Kecupan pagi ini memang saya berikan sambil mendo'akan kesembuhan untuknya karena di awal hari ini, suami saya menunjukkan gejala flu. Rasanya tidak tega. Banyak pesan yang saya berikan untuknya, termasuk membekali sebungkus tisue untuk menemaninya melewati flu hari ini. Semoga flu-nya tidak bertambah parah, ya, Mas-ku... :)

Kecupan kedua. Kecupan kedua saya berikan kepada sahabat tersayang, Kaka. Kenapa? Hari ini, tanggal 1 Juni ini, sahabatku tersayang milad. Miladnya kali ini yang ke-24. Saya memberikan kecupan itu di rumah kontrakannya sesaat sebelum berangkat ke kantor. Banyak do'a yang saya berikan untuknya di hari miladnya kali ini. Semoga Allah SWT memperkenankan permohonan saya. Yang jelas, semuanya yang terbaik untuk sahabat terbaik. 'Met Milad ya, Kaka... :)

Senangnya membuat orang senang hari ini. Dua orang pula. Semoga, di setiap harinya, saya selalu bisa membuat orang senang dan saya pun akan senang.

Jumat, Mei 29, 2009

Kenapa...???

Kenapa harus ada celana levis di dunia ini?
Kenapa ada yang menciptakan celana levis di dunia ini?
Kenapa ada yang suka memakai celana levis di dunia ini?

Apa istimewanya celana levis?
Apa keuntungan memakai celana dengan bahan seberat celana levis?
Apa hebatnya celana levis?

Kenapa pagi ini harus diwarnai dengan insiden hanya karena celana levis?
Kenapaaaaa???
Kenapaaaaa???
Kenapaaaaa???

Kamis, Mei 28, 2009

Sedalam Itu

I read your blog.
I feel scary thinking be living without you.
I wish I can write anything, but sorry I can't.

Terenyuh dan merasa bersalah. Itu rasa yang pertama kali terlintas saat membaca sebuah pesan pendek di ponsel pagi ini. Pesan itu datang dari seseorang yang selama 12 hari ini telah hidup bersama saya.

Berawal dari blog. Ntah kenapa, setelah suami saya mengetahui blog pribadi saya, dia jadi sering memantau dan secara tidak langsung mendorong saya untuk aktif menulis setiap hari, walau hanya di blog. Tiba-tiba terlintas, apakah mimpi saya untuk menjadi penulis dan menerbitkan buku akan menunjukkan tanda-tanda menjadi nyata?! Ntahlah.

Kembali ke topik tulisan. Sebelum tulisan ini, ada sebuah artikel yang saya paste dari sebuah website yang berjudul "Mempersiapkan Kematian Pasangan Hidup". Seperti biasa, setelah saya posting, saya mengabarkannya ke dia dan meminta dia untuk membacanya. Untuk artikel yang ini, saya memang belum sempat menanyakan komentarnya. Baru pagi tadi saya menanyakannya dan tiga kalimat di awal tulisan ini menjadi jawaban darinya. Sampai sedalam itu....

Ada rasa bersalah setelah saya membacanya berkali-kali. Salah karena telah membuatnya berpikir seperti itu. Belum juga sampai dua pekan kami menikah dan saya sudah memberinya sebuah bacaan yang (mungkin) cukup menyayat hati.
Tak kuasa ingin merespon apa lagi isi pesan pendek itu. Saat itu, saya hanya bisa mengirimkan icon senyum untuk menenangkan hatinya. Semoga tidak membawa pikirannya terlalu jauh sehingga mengganggu konsentrasinya dalam bekerja.

"Maaf ya, suamiku... bukan maksud hati membuatmu sedih. Hanya ingin saling mengingatkan bahwa apa yang tertulis di dalam artikel itu memang benar, kan? Semua pasti berharap akan bersama dengan kekasih hatinya sepanjang hayat. Tapi, ketetapan Allah itu pasti. Kita yang harus berusaha dengan meningkatkan keimanan kepada-Nya. Bukan tidak mungkin kan, Allah akan mempertemukan hamba-hamba-Nya yang saling menyayangi di dunia bersama-sama di surga nanti. Dan satu hal lagi, jangan sampai kecintaan kita kepada pasangan hidup membuat kita lupa akan cinta-Nya yang telah membuat cinta kita ada. Cheers..."

Rabu, Mei 27, 2009

Mempersiapkan Kematian Pasangan Hidup

Artikel yang cukup menyentuh (untuk saya pribadi). Silakan dibaca dulu.
Mempersiapkan Kematian Pasangan Hidup

Takkan selamanya, tanganku mendekapmu

Takkan selamanya, raga ini menjagamu

Seperti alunan detak jantungku

Tak bertahan melawan waktu

(Tak Ada yang Abadi, Peterpan)


Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. (QS. Al-Anbiyaa': 34-35)


Setiap manusia pasti akan mati. Kalau ada hidup, pasti ada mati.

Kehilangan seseorang yang kita cinta (pasangan hidup,-red) tentu terasa berat. Kehilangan seseorang yang dengannya kita berbagi waktu-mengarungi hidup dalam suka-duka, dalam tawa-air mata, tentu akan terasa sangat berat sekali, mungkin bagaikan kehilangan separuh jiwa, karena kehilangan cinta-dukungan-teman berbagi.

Namun bagaimanapun juga, tiap insan pasti akan merasakan kematian. Dunia hanya sementara, bagai persinggahan sebentar saja. Kepada Allah-lah kita semua akan kembali.

Agar tidak terlalu merasa kehilangan, mungkin kita perlu sejak dini mempersiapkan hal ini. Bukan dengan menyangkal atau bahkan mengharap-harap mati terlebih dahulu.


Milik Iman


Entah siapapun diantara pasangan yang terlebih dahulu meninggal, janganlah terlalu bersedih, terlebih lagi jika memang pasangan kita meninggal dalam keadaan iman dan Islam.

Bukankah orang-orang mukmin (yang tidak mempersekutukanNya) akan masuk surga dan menerima kenikmatan di alam kubur selagi menanti hari berbangkit?

Karenanya, jika memang pasangan kita masih hidup, jagalah agar selama hidup, cahaya iman dan Islam terus bersinar dalam dadanya, sampai ia meninggal. Terangi keluarga dengan cahaya iman dan Islam.

Kalau ada salah satu pasangan yang telah terlebih dahulu meninggal, doakan dia, agar mendapat ampunan atas segala dosa-dosa, menerima rahmat selama di alam kubur sana.

Jaga pula keimanan anda, jangan futur alias berlemah diri setelah ditinggalkan. Agar kalian bisa kembali berkumpul di taman-taman surga kelak, Insya Allah.

When my breath reach to its end

I want you to be there, with me

Holding my hand, strongly

Hoping that we shall be meet again

At the garden of heaven

06052009

-ipin4u-


Bersabar


Kesabaran itu ada tiga macam, bersabar ketika ditimpa musibah, bersabar dalam konsistensi melakukan kebaikan, dan bersabar dalam menolak/melawan keburukan/kemaksiatan.

Tidak bolehkah kita bersedih ketika ditinggal pasangan hidup..?

Tentu boleh, toh kita manusia biasa, yang punya hati yang merasa. Bahkan akan terkesan sangat aneh kalau sampai tidak bersedih. Yang terpenting adalah tetap terjaga batasan-batasan dalam berduka citanya, tidak boleh meratapi, bahkan sampai berbuat yang melebihi batas seperti menampar-nampar pipi sendiri atau merobek-robek baju, karena tidak bisa menerima takdir ini.

Dan kesabaran itu letaknya pada awal hantaman.


Persiapan Finansial


Agar tidak terlalu terkejut, mungkin kita perlu memperhitungkan cadangan tabungan untuk keadaan darurat seperti ini. Bagi seorang istri (ibu rumah tangga penuh waktu) yang ditinggal suami, tentu akan terasa imbasnya, apalagi kalau tidak memiliki keterampilan yang bisa digunakan untuk menjadi keahlian guna menjadi penopang rumah tangga.

Memang setiap orang sudah ada rezekinya masing-masing, namun tidak ada salahnya kalau kita mempersiapkan untuk keadaan-keadaan khusus, terutama seperti ini.

Saling terbuka juga mengenai nilai/kondisi hutang-piutang agar bisa diselesaikan oleh pihak yang ditinggalkan, karena hutang itu tetap diperhitungkan, meski sampai mati, dan ahli waris yang menjadi penanggungnya.


Saatnya Melanjutkan Hidup..?


Ingin menikah lagi setelah ditinggal wafat pasangan hidup? Pertimbangannya ada pada diri masing-masing pasangan.

---000---


Kota Tepian, 14 Mei 2009

Syamsul Arifin

sumber: www.warnaislam.com


Any comment?

Arti Sebuah 'Surprise'

Saya termasuk orang yang senang memberi surprise kepada orang-orang terdekat, apalagi yang wujudnya berupa hadiah. Rasanya senang sekali bisa membuat orang lain tersenyum bahagia dengan surprise yang kita berikan. Karena memang prinsip saya dari dulu ingin menjadi orang yang bermanfaat untuk lingkungan dan dapat memberikan kebahagiaan kepada orang-orang di sekitar. Senang rasanya melihat senyum-senyum mereka saat menerima surprise dari saya. Apalagi pernah ada yang sampai menangis terharu.

Sebaliknya, saya pun senang diberi surprise oleh orang lain. Tapi, surprise-nya jangan yang setengah-setengah. Itu siy... jadi ngga surprise, tapi malah bikin penasaran yang berujung pada kekesalan. Apalagi jika disuruh menunggu dalam waktu lama untuk mendapatkan surprise itu. Kalau mau begitu, lebih baik tidak dikasih tahu sekalian dan baru dikasih tahu pada waktu yang sudah direncanakan.

Hmmm... tulisan kali ini memang terinspirasi dari kejadian pagi ini yang agak menyebalkan tentang 'surprise'. Padahal pagi ini kerjaan sudah menumpuk di meja. Membuyarkan konsentrasi saja. Sebel!!!


*Tulisan ini memang sengaja dibuat untuk menyinggung seseorang. Jadi, jika setelah dibaca ada yang tersinggung, berarti tulisan ini berhasil, tepat mengenai sasaran!

Selasa, Mei 26, 2009

Amanah Seumur Hidup

Dulu sewaktu saya berada di kampus dan aktif berorganisasi, amanah saya di kepengurusan tidak jauh dari sekretaris atau bendahara. Sebenarnya ini juga sudah jadi bawaan dari SMP, amanah jadi bendahara di kelas selalu jadi pilihan. Ups... bukan pilihan dari diri sendiri, lebih tepatnya pilihan dari teman-teman waktu itu.

Saat ini saya ingin bernostalgia alias mengingat kembali amanah saya di posisi bendahara. Terlepas dari pengalaman saya yang begitu banyak di bidang keuangan ini, sifat kurang teliti saya masih tetap mengakar. Dan jika kekurangtelitian ini muncul maka efek lanjutannya adalah panik. Mungkin banyak teman yang sudah mengenal karakter saya ini, tapi tetap saja... kepercayaan yang diberikan kepada saya selalu sama. Atau mungkin... karena orangnya beda-beda juga, jadi tidak pernah ada yang tahu kalau ternyata saya kurang teliti.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Alhamdulillah...
Walaupun sifat kurang teliti itu masih mengakar, Allah selalu saja memberikan banyak pertolongannya kepada saya. Dan semua itu yang akhirnya menjadi penolong dalam mengatasi kepanikan-kepanikan saya perihal uang. Saya belajar banyak hal dari amanah-amanah yang pernah saya emban sewaktu sekolah dan kuliah. Dan saat ini, hikmah dari semua amanah-amanah itu akan dan harus saya praktekkan dalam kehidupan saya, seumur hidup saya. Ya, inilah amanah seumur hidup yang akan saya emban dan tak akan ada habis periodenya, tidak akan habis masa baktinya, tidak akan habis masa kepengurusannya. Menjadi 'bunda', ibu bendahara, untuk keluarga sendiri, mengelola uang dari suami tersayang untuk keperluan rumah tangga.

Awalnya saya pikir ini adalah amanah yang biasa saja karena saya sudah pernah menjalaninya dan sudah ada pengalaman. Tapi... belum apa-apa dan baru sebatas membuat anggaran keuangan satu bulan ke depan dari pendapatan suami... kok rasanya sudah susah banget, ya! Sepertinya njelimet, repot, bingung. Padahal, sebenarnya mungkin biasa-biasa saja. Hal seperti ini pun umum saya rasakan ketika mengemban amanah menjadi 'bunda' di awal kepengurusan, seterusnya... ya biasa saja. Ketika dijalanin pun... ya biasa saja. Jika ada problem kepanikan-kepanikan, saya jadikan itu sebagai warna/i dalam menjalankan kepengurusan sebagai 'bunda'.

Mungkin, rasa yang saat ini pun hanya sebatas rasa. Saat waktunya tiba dan benar-benar dijalankan, Allah pasti akan selalu ada dan membantu, seperti yang selama ini saya rasakan. Pastinya, ikhtiar semaksimal mungkin, hasilnya serahkan pada-Nya. Saya yakin sang pemberi amanah yang telah mempercayakan amanah ini kepada saya akan selalu membantu. (Betul kan, Mas?) Tapi... jangan diomelin kalau ada salah-salah dikit atau kepanikan-kepanikan nantinya, ya.

Jumat, Mei 22, 2009

Now, It's Real!

Yeah!
All my dream come true several days ago and it's not a dream, it's real!

Udah ah, inggris2an-nya, pakai bahasa Indonesia aja.
Hari ini, 1st day masuk kantor. "Pengantin baru udah masuk nih, ye...", begitu ledekan teman-teman kantor. Ada juga yang mengatakan, "Kok udah masuk siy...?!". Semua saya tanggapi dengan senyum. (masa' mau nangis)

Become a wife! It's real! (lho, kok jadi inggris lagi?!)
Kekuasaan Allah, hanya itu yang bisa saya katakan. Keajaiban ini hanya Allah yang dapat membuatnya. Bayangkan! Sebuah kalimat singkat, "Saya terima nikah dan kawinnya..." dapat membuat segalanya berubah 180 derajat! Seorang laki-laki yang... ntahlah, dulu dia itu siapa, sekarang telah sah menjadi suami saya yang berhak atas diri saya. Bahkan tanggung jawab yang dipikul orang tua atas saya, sekarang berpindah kepadanya.

It's real!
Pun jika semua ini mimpi, rasanya saya tidak ingin bangun dari mimpi itu dan selamanya berada dalam mimpi itu. I hope it's not a dream, but real!

But...
Jangan semua-semuanya dibayangkan indah, ya. Namanya sebuah amanah, pasti ada suka dan dukanya. Jangan karena keterlenaan kita lantas tidak prepare dengan hal yang buruk sehingga ketika hal itu datang, kita jadi shock. Jangan sampai, ya... (buat para calon dan pengantin baru).

Rabu, Mei 13, 2009

Feel Dreaming

Mungkin ini hari terakhir saya di kantor dengan status (di KTP) "belum menikah". Hari terakhir saya dengan status lajang. Besok, saya mulai cuti karena harus mempersiapkan pernikahan yang insya Allah akan dilangsungkan pada hari Sabtu, 16 Mei 2009.

Still same... feel dreaming....
Ini semua nyata, kan? Real, kan? Kok, masih dengan rasa terkaget-kaget dan seakan tidak percaya, ya?! Bahwa 'waktu' yang dijanjikan oleh-Nya itu akan datang sebentar lagi, dalam hitungan hari.
Subhanallah....

Allah itu baik, Mahabaik, akan selalu memberi yang terbaik, kepada hamba-Nya yang baik, di waktu yang baik, dengan cara yang terbaik, dan dengan pilihan-Nya yang terbaik pula.
Believe me!

Mohon do'a dan restu dari pembaca sekalian, ya :)

Gambaran Diri dari Seseorang

Seorang sahabat menuliskan (lebih tepatnya membuat) sebuah puisi untuk saya. Katanya, puisi itu menggambarkan tentang diri saya. Oleh karena dia dekat dengan saya, dia berusaha ingin menggambarkan orang yang terdekat dengannya dalam sebuah bentuk puisi. Kita simak, yuk!

Potret

Ku kenali kau dengan senyum, sapa, dan salam melekat di bibirmu
Rapi, ramah, ribet (mungkin), dan HIGIENIS juga melekat padamu
Itu the 1st time ketika ku melihatmu

Saat mulai dekat...

Kau tukang ngatur, dominan, keras kepala, suka ngomel,
cerewet, ih... laksana Mak Lampir (maaf too much, yah)
He.. he.. he... semua itu kau lakukan demi kebaikanku, kan?!
Tapi sekeras-kerasnya kepalamu,
tak sekeras kepalaku yang kadang bagai batu,
tapi kau selalu menempatkan dirimu bagai air,
yah... semua orang juga tahu,
air bisa memecah batu sekeras apa pun batu itu


Di sisi lain...
Kau begitu penyayang, keibuan, pendengar yang baik, dan juga penurut,baik
Ah... nanti ada yang terbang, lagi

Senang deh...
Kini kau jadi sahabatku,
sahabat terbaik dalam kehidupanku

Kadang kita bertukar tempat, maksudnya?!
Kadang aku manja, dan sifat keibuanmu muncul deh...
Eh... tiba-tiba kalau kau lagi manja...
Fiuh... manjanya setengah hidup

Dek... ini kau telah dewasa
Masuk, deh, ke jenjang yang lebih tinggi,
menikah dengan ayah,
kau pun akan jadi bunda,
senang deh!
by: zAnKI

Itu dia puisinya. Bagi pembaca yang sudah mengenal saya, ada tanggapan? Pantaskah isi dalam puisi itu menggambarkan tentang diri saya yang sebenarnya? Silakan para pembaca menjawabnya sendiri. Bagi saya, prinsipnya hanya satu: "Bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain dan membuat orang lain senang dengan segenap kemampuan yang kita miliki, sungguh merupakan kebahagiaan yang tak terhingga."

Wallahua'lam bishowab

Senin, Mei 11, 2009

Masih Tidak Percaya (Phenomenal Wedding)

Saya hanya bisa menggeleng-geleng kepala saat teman-teman yang mengenal saya dan calon suami mengatakan ketidakpecayaan mereka bahwa kami akan menikah. Apalagi saya dan calon suami adalah teman seangkatan ketika di SMA dulu. Dan yang lebih menghebohkan lagi bagi beberapa teman, kami di SMA dulu tidak ada apa-apa, kok sekarang bisa 'jadian' (baca: menikah). Phenomenal Wedding, kata salah satu dari mereka. Ada juga yang berkomentar, "kisah kasih di sekolah" seperti lagu Obbie Messah saja, pikir saya.

Jodoh, sekali lagi jodoh. Mungkin topik ini tidak akan pernah bosan dan habis dikupas di masyarakat kita, sama halnya dengan topik cinta. Kita memang tidak akan pernah tahu di mana, siapa, kapan jodoh kita karena semua adalah hak mutlak Sang Pencipta, Allah SWT. Kita diperbolehkan berusaha mencari pendamping hidup, tetapi kita tetap tidak bisa mengabaikan ketentuan Allah ini, semua sudah diatur. Orang yang di seberang samudera saja bisa berjodoh, jika Allah menghendaki. Dan bahkan orang yang ternyata dekat pun tidak dinyana bisa berjodoh padahal awalnya tidak kenal, tidak ada apa-apa. Itulah... itulah kekuasaan-Nya, yang tiada bandingannya. Kita semua harus percaya itu.

Lama kelamaan... kok jadi saya yang ikut-ikutan tidak percaya, ya?!
Terlebih lagi "hari itu" semakin dekat. Ups! mana boleh begitu, ya?! Saya yakin dan percaya semua yang datangnya dari Dia pasti baik untuk kita semua. Dan pembaca sekalian juga harus percaya dan meyakini itu.

Tapi... kalau saya boleh bercerita, rasanya memang seperti mimpi. Sebentar lagi masa lajang saya akan berakhir dan status saya akan bertambah. Setelah menjadi anak, kakak, keponakan, sepupu, cucu, dan sebentar lagi akan menjadi seorang istri dari seorang laki-laki yang awalnya bukan siapa-siapa, menjadi seorang menantu dari sebuah keluarga yanga walnya (mungkin) tidak saling kenal, dan menjadi kakak ipar dari adik suammi yang awalnya belum begitu kenal. Subhanallah... status saya akan bertambah tiga dalam waktu kurang dari 5 menit! Allahu Akbar!

Jumat, Mei 08, 2009

Hari Itu 'Kan Tiba

Ambigu? Hari apa? Moment apa? Kapan tibanya?
Mungkin itu beberapa pertanyaan yang muncul di benak para pembaca sesaat setelah membaca judul tulisan saya kali ini. Memang ada 2 moment yang bisa diangkat dari 2 judul di atas. Pertama, yang dimaksud dengan "hari itu" bisa dimaknai dengan kiamat yang kedatangan sudah pasti dan tak bisa dielakkan. Kedua, bagi yang masih jomblo akan memaknai "hari itu" dengan pernikahan. Kali ini saya mencoba untuk menulis tentang hal yang kedua.

Hhhhh....
Tarik nafas panjang dulu sebelum nulis karena memang belum mengalami dan belum tahu pasti seperti apa rasanya menikah. Kalau memasuki jenjang pernikahan, insya Allah sedang dijalani. Banyak pelajaran yang bisa diambil pada masa-masa ini. Jangan disangka karena melalui proses yang sesuai syari'ah lantas tak ada aral rintangan yang menghampiri. Tetapi, justru karena menempuh jalan yang disyari'atkan oleh Allah itu lah maka semakin diuji kekuatan iman orang-orang yang menjalaninya. Apalagi yang memasuki jenjang ini tanpa memegang aturan-aturan syar'i, bisa jadi ujian dan hambatannya bisa lebih besar. Kalaupun tidak ditemukan saat-saat sekarang, bisa jadi ujian dan hambatan itu sedang menanti di masa depan sebagai bentuk pertanggungjawaban perilaku kita di masa lalu yang tidak syar'i. Astaghfirullahal 'adzim...

Yap!
Hari itu 'kan tiba bagi saya. Jika melihat dari tulisan ini dibuat, insya Allah dalam waktu 1 pekan lagi hari itu 'kan tiba. Seperti mimpi, itu yang saya rasakan ketika saya sedang berdiam sejenak dari segenap aktivitas seharian di luar sana. Sejak awal proses perkenalan (ta'aruf) dengan seorang laki-laki, bertemu dengan kedua orang tuanya, mengenal saudaranya, mempersiapkan segala hal untuk hari-H semisal fitting baju, perawatan tubuh, sampai membaca buku-buku berkenaan dengan pernikahan dengan serius, rasanya semua bagai mimpi.

Dengan segenap daya dan upaya berusaha mempersiapkan semuanya agar nanti dapat terlaksana dengan baik, tapi kok masih saja ada perasaan "udah bener belum, ya? udah siap belum, ya?". Rasanya, kalau mengingat itu semua jadi ngga ada habis-habisnya dan ngga akan cukup waktu untuk memikirkannya.

Seorang laki-laki (yang insya Allah) sholeh di seberang sana akan segera datang untuk menjadikan hamba sebagai pendamping hidup (yang insya Allah) satu-satunya sampai di akhir hayat. Sekali lagi saya ingin katakan, "Ini bukan mimpi, kan?".

Detik-detik menjelang "hari itu" semoga berjalan sempurna, begitupula dengan moment di "hari itu". Ya Allah, sesungguhnya hanya engkau sebaik-baik Pelindung dan Penolong. Kabulkanlah do'a hamba. Amiin.

Kamis, Mei 07, 2009

Tidak Boleh Egois

Sejak awal tidak terlalu menyukai puisi (sejak di sekolah lho...). Kalaupun dibaca, hanya sekadar dibaca tanpa memaknainya lebih jauh, sedapatnya aja. Tapi, jika puisi itu memang benar2 menyentuh (alias bagus) bisa jadi akan saya baca berulang-ulang dan dimaknai maknanya dengan antusias.
Puisi "Puisi Cantik Untuk..." saya akui bagus. Puisi itu pemberian seorang sahabat (yang juga jago buat puisi, tapi yang ini bukan puisi buatannya). Saya tertarik ingin mengungkap lebih jauh bait dalam puisi tersebut yang saya beri tinta warna pink. Saya kutip bait tersebut.


Awal dari cinta adalah
membiarkan orang yang kita cintai
menjadi dirinya sendiri,

dan tidak merubahnya
menjadi gambaran yang kita inginkan

Jika tidak,
kita hanya mencintai pantulan diri sendiri
yang kita temukan di dalam dirinya


Benar apa yang tertulis dalam bait tersebut. Banyak terjadi, seseorang berusaha membuat orang yang dicintainya menjadi seperti yang diinginkannya. Bahkan mungkin menjadi orang yang sangat sempurna. Padahal noboby's perfect.

Latar belakangnya bisa bermacam-macam. Sekadar contoh, dia ingin orang yang dicintainya itu bisa dibanggakan di depan orang lain. Misalnya, seorang suami yang menginginkan istrinya jago masak agar ketika si suami mengundang teman-temannya makan di rumah, si suami tidak malu lantaran masakan istrinya tidak enak atau biasa-biasa saja. Padahal, si istri sejak kecil tidak pernah diajarkan masak oleh orang tuanya (mungkin dia anak mami atau memang ngga bakat di bidang memasak). Atau, kalaupun bisa memasak, hanya memasak makanan yang ringan-ringan saja. Mungkin kalau cuma sekadar bisa masak, si istri akan memperjuangkannya. Tapi, saat si suami meminta lebih, "jago masak", si istri sudah dipaksakan. Dipaksakan menjadi seperti apa mau suami. Bisa jadi, si suami punya ambisi ingin jadi seorang juru masak yang handal, tapi lantaran tidak kesampaian maka si istri lah yang jadi 'korban' (ups! maaf untuk para suami).

Ironis, ya. Jika di zaman seperti ini masih ada orang-orang seperti si suami dalam ilustrasi di atas. Padahal (jika menilik dari sisi kerumahtanggaan), seorang laki-laki menikahi seorang wanita adalah agar dapat saling melengkapi, bukan memaksakan kehendak suami kepada istri. Akibatnya, benar kata bait puisi tersebut, si suami hanya bisa melihat pantulan dirinya pada si istri. Jika si suami berwawasan luas, dia bisa melihat, who know's jika si istri punya kemampuan dan kelebihan (baca: bakat) di bidang lain, dan bukan memasak. Siapa tahu jika kelebihan si istri yang tidak dilihat suaminya itu bisa menghasilkan nilai lebih ketimbang jago memasak.

Bingung? Contohnya, si istri terampil memanfaatkan bungkusan makanan yang terbuat dari plastik dan hasil kreativitasnya itu bisa menghasilkan dengan cara dijual ke toko-toko. Bukankah ini akan menambah penghasilan keluarga?! Bukankah dengan begitu, suami tidak memaksakan kehendak dan istri pun tersalurkan kreativitasnya?! Bukankah hal ini akan membuat kedua belah pihak menjadi sama-sama senang?! Menyenangkan, bukan? (pasti jawabannya "iya").

Untuk para suami (karena dari awal contohnya udah suami-istri, jadi keterusan, he..he..), janganlah memaksakan kehendak pribadi kepada istri, jangan berusaha merubah istri menjadi apa yang suami inginkan, tapi berusaha menggali potensi istri agar dapat berkembang dan saling melengkapi. Kalau Anda (para suami) tetap memaksakan kehendaknya kepada istri, berarti Anda tidak mencintai istri Anda, melainkan Anda mencintai diri Anda sendiri. Anda harus akui itu, bahwa Anda merasa minder dengan apa yang dimiliki oleh istri Anda dan berusaha ingin membuat istri Anda seperti yang Anda mau (jujur aja deh!). Eits, untuk para istri jangan senang dulu. Hal ini juga berlaku kebalikannya. Istri pun tidak selayaknya memaksakan sebuah gambaran tentang suami ideal (menurut frame istri) kepada suami. Akibatnya, (bisa lebih fatal) suami bisa menjadi minder dan tidak dihargai sebagai kepala keluarga.

Ok, intinya... tidak boleh egois (betul?). Segitu dulu pembahasan tentang bait puisi di atas. Pembahasannya lebih panjang berkali-kali lipat dari isi di dalam bait puisi itu, ya :). Semoga berkenan bagi yang membacanya.

Rabu, Mei 06, 2009

Puisi Cantik Untuk...

Puisi tercipta dari romantika kehidupan
Dan jadi kilas balik untuk kehidupan
Bacalah untuk direnungkan...

Ada saat-saat dalam hidup
ketika kamu sangat merindukan seseorang

Sehingga ingin hati menjemputnya dari alam mimpi
dan memeluknya dalam alam nyata

Semoga kamu memimpikan orang seperti itu...

Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup,
pintu yang lain dibukakan

Tetapi acapkali kita terpaku
terutama pada pintu yang tertutup,

Sehingga tidak melihat pintu lain
yang dibukakan untuk kita

Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita miliki
sampai kita kehilangannya


Tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu
apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya

Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang cukup
untuk membuatmu baik hati

Cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat
Kesedihan yang cukup untuk membuatmu manusiawi
Pengharapan yang cukup untuk membuatmu bahagia
Dan uang yang cukup untuk membeli segalanya, he..he...

Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cintai
menjadi dirinya sendiri,

dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan
Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri
yang kita temukan di dalam dirinya


Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah
ketika kamu bertemu seseorang
yang sangat berarti bagimu
dan mendapati pada akhirnya bahwa tidak demikian adanya
dan kamu harus melepaskannya


Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu
dengan beberapa orang yang salah
sebelum bertemu dengan orang yang tepat

Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis,
mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari,
dan mereka yang mencoba

Karena hanya mereka itulah
yang menghargai pentingnya orang-orang
yang pernah hadir dalam hidup mereka!


Cinta dimulai dengan sebuah senyuman
Bertumbuh dengan sebuah perhatian
Dan berakhir dengan sebuah tetesan air mata
Hanya perlu waktu semenit untuk menaksir seseorang
Sejam untuk menyukai seseorang
Sehari untuk mencintai seseorang, tapi
Diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang

Bermimpilah tentang apa yang kamu impikan
Pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi
Jadilah seperti yang kamu inginkan
Karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan
untuk melakukan hal-hal yang kamu inginkan

Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain
Apabila hal itu menyakitkan hatimu,
sangat mungkin hal itu menyakitkan hati orang lain pula

Orang-orang yang paling berbahagia
tidak selalu memiliki hal-hal terbaik,

mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik
dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya

Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya,
sebab keelokan paras dapat menyesatkan

Jangan pula tertarik kepada kekayaannya
karena kekayaan dapat musnah

Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum
karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah

Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun
di beranda bersamamu

tanpa mengucapkan sepatah kata pun
dan kemudian kamu meninggalkannya
dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya...


Kiriman dari seorang sahabat.