Jumat, Mei 29, 2009

Kenapa...???

Kenapa harus ada celana levis di dunia ini?
Kenapa ada yang menciptakan celana levis di dunia ini?
Kenapa ada yang suka memakai celana levis di dunia ini?

Apa istimewanya celana levis?
Apa keuntungan memakai celana dengan bahan seberat celana levis?
Apa hebatnya celana levis?

Kenapa pagi ini harus diwarnai dengan insiden hanya karena celana levis?
Kenapaaaaa???
Kenapaaaaa???
Kenapaaaaa???

Kamis, Mei 28, 2009

Sedalam Itu

I read your blog.
I feel scary thinking be living without you.
I wish I can write anything, but sorry I can't.

Terenyuh dan merasa bersalah. Itu rasa yang pertama kali terlintas saat membaca sebuah pesan pendek di ponsel pagi ini. Pesan itu datang dari seseorang yang selama 12 hari ini telah hidup bersama saya.

Berawal dari blog. Ntah kenapa, setelah suami saya mengetahui blog pribadi saya, dia jadi sering memantau dan secara tidak langsung mendorong saya untuk aktif menulis setiap hari, walau hanya di blog. Tiba-tiba terlintas, apakah mimpi saya untuk menjadi penulis dan menerbitkan buku akan menunjukkan tanda-tanda menjadi nyata?! Ntahlah.

Kembali ke topik tulisan. Sebelum tulisan ini, ada sebuah artikel yang saya paste dari sebuah website yang berjudul "Mempersiapkan Kematian Pasangan Hidup". Seperti biasa, setelah saya posting, saya mengabarkannya ke dia dan meminta dia untuk membacanya. Untuk artikel yang ini, saya memang belum sempat menanyakan komentarnya. Baru pagi tadi saya menanyakannya dan tiga kalimat di awal tulisan ini menjadi jawaban darinya. Sampai sedalam itu....

Ada rasa bersalah setelah saya membacanya berkali-kali. Salah karena telah membuatnya berpikir seperti itu. Belum juga sampai dua pekan kami menikah dan saya sudah memberinya sebuah bacaan yang (mungkin) cukup menyayat hati.
Tak kuasa ingin merespon apa lagi isi pesan pendek itu. Saat itu, saya hanya bisa mengirimkan icon senyum untuk menenangkan hatinya. Semoga tidak membawa pikirannya terlalu jauh sehingga mengganggu konsentrasinya dalam bekerja.

"Maaf ya, suamiku... bukan maksud hati membuatmu sedih. Hanya ingin saling mengingatkan bahwa apa yang tertulis di dalam artikel itu memang benar, kan? Semua pasti berharap akan bersama dengan kekasih hatinya sepanjang hayat. Tapi, ketetapan Allah itu pasti. Kita yang harus berusaha dengan meningkatkan keimanan kepada-Nya. Bukan tidak mungkin kan, Allah akan mempertemukan hamba-hamba-Nya yang saling menyayangi di dunia bersama-sama di surga nanti. Dan satu hal lagi, jangan sampai kecintaan kita kepada pasangan hidup membuat kita lupa akan cinta-Nya yang telah membuat cinta kita ada. Cheers..."

Rabu, Mei 27, 2009

Mempersiapkan Kematian Pasangan Hidup

Artikel yang cukup menyentuh (untuk saya pribadi). Silakan dibaca dulu.
Mempersiapkan Kematian Pasangan Hidup

Takkan selamanya, tanganku mendekapmu

Takkan selamanya, raga ini menjagamu

Seperti alunan detak jantungku

Tak bertahan melawan waktu

(Tak Ada yang Abadi, Peterpan)


Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. (QS. Al-Anbiyaa': 34-35)


Setiap manusia pasti akan mati. Kalau ada hidup, pasti ada mati.

Kehilangan seseorang yang kita cinta (pasangan hidup,-red) tentu terasa berat. Kehilangan seseorang yang dengannya kita berbagi waktu-mengarungi hidup dalam suka-duka, dalam tawa-air mata, tentu akan terasa sangat berat sekali, mungkin bagaikan kehilangan separuh jiwa, karena kehilangan cinta-dukungan-teman berbagi.

Namun bagaimanapun juga, tiap insan pasti akan merasakan kematian. Dunia hanya sementara, bagai persinggahan sebentar saja. Kepada Allah-lah kita semua akan kembali.

Agar tidak terlalu merasa kehilangan, mungkin kita perlu sejak dini mempersiapkan hal ini. Bukan dengan menyangkal atau bahkan mengharap-harap mati terlebih dahulu.


Milik Iman


Entah siapapun diantara pasangan yang terlebih dahulu meninggal, janganlah terlalu bersedih, terlebih lagi jika memang pasangan kita meninggal dalam keadaan iman dan Islam.

Bukankah orang-orang mukmin (yang tidak mempersekutukanNya) akan masuk surga dan menerima kenikmatan di alam kubur selagi menanti hari berbangkit?

Karenanya, jika memang pasangan kita masih hidup, jagalah agar selama hidup, cahaya iman dan Islam terus bersinar dalam dadanya, sampai ia meninggal. Terangi keluarga dengan cahaya iman dan Islam.

Kalau ada salah satu pasangan yang telah terlebih dahulu meninggal, doakan dia, agar mendapat ampunan atas segala dosa-dosa, menerima rahmat selama di alam kubur sana.

Jaga pula keimanan anda, jangan futur alias berlemah diri setelah ditinggalkan. Agar kalian bisa kembali berkumpul di taman-taman surga kelak, Insya Allah.

When my breath reach to its end

I want you to be there, with me

Holding my hand, strongly

Hoping that we shall be meet again

At the garden of heaven

06052009

-ipin4u-


Bersabar


Kesabaran itu ada tiga macam, bersabar ketika ditimpa musibah, bersabar dalam konsistensi melakukan kebaikan, dan bersabar dalam menolak/melawan keburukan/kemaksiatan.

Tidak bolehkah kita bersedih ketika ditinggal pasangan hidup..?

Tentu boleh, toh kita manusia biasa, yang punya hati yang merasa. Bahkan akan terkesan sangat aneh kalau sampai tidak bersedih. Yang terpenting adalah tetap terjaga batasan-batasan dalam berduka citanya, tidak boleh meratapi, bahkan sampai berbuat yang melebihi batas seperti menampar-nampar pipi sendiri atau merobek-robek baju, karena tidak bisa menerima takdir ini.

Dan kesabaran itu letaknya pada awal hantaman.


Persiapan Finansial


Agar tidak terlalu terkejut, mungkin kita perlu memperhitungkan cadangan tabungan untuk keadaan darurat seperti ini. Bagi seorang istri (ibu rumah tangga penuh waktu) yang ditinggal suami, tentu akan terasa imbasnya, apalagi kalau tidak memiliki keterampilan yang bisa digunakan untuk menjadi keahlian guna menjadi penopang rumah tangga.

Memang setiap orang sudah ada rezekinya masing-masing, namun tidak ada salahnya kalau kita mempersiapkan untuk keadaan-keadaan khusus, terutama seperti ini.

Saling terbuka juga mengenai nilai/kondisi hutang-piutang agar bisa diselesaikan oleh pihak yang ditinggalkan, karena hutang itu tetap diperhitungkan, meski sampai mati, dan ahli waris yang menjadi penanggungnya.


Saatnya Melanjutkan Hidup..?


Ingin menikah lagi setelah ditinggal wafat pasangan hidup? Pertimbangannya ada pada diri masing-masing pasangan.

---000---


Kota Tepian, 14 Mei 2009

Syamsul Arifin

sumber: www.warnaislam.com


Any comment?

Arti Sebuah 'Surprise'

Saya termasuk orang yang senang memberi surprise kepada orang-orang terdekat, apalagi yang wujudnya berupa hadiah. Rasanya senang sekali bisa membuat orang lain tersenyum bahagia dengan surprise yang kita berikan. Karena memang prinsip saya dari dulu ingin menjadi orang yang bermanfaat untuk lingkungan dan dapat memberikan kebahagiaan kepada orang-orang di sekitar. Senang rasanya melihat senyum-senyum mereka saat menerima surprise dari saya. Apalagi pernah ada yang sampai menangis terharu.

Sebaliknya, saya pun senang diberi surprise oleh orang lain. Tapi, surprise-nya jangan yang setengah-setengah. Itu siy... jadi ngga surprise, tapi malah bikin penasaran yang berujung pada kekesalan. Apalagi jika disuruh menunggu dalam waktu lama untuk mendapatkan surprise itu. Kalau mau begitu, lebih baik tidak dikasih tahu sekalian dan baru dikasih tahu pada waktu yang sudah direncanakan.

Hmmm... tulisan kali ini memang terinspirasi dari kejadian pagi ini yang agak menyebalkan tentang 'surprise'. Padahal pagi ini kerjaan sudah menumpuk di meja. Membuyarkan konsentrasi saja. Sebel!!!


*Tulisan ini memang sengaja dibuat untuk menyinggung seseorang. Jadi, jika setelah dibaca ada yang tersinggung, berarti tulisan ini berhasil, tepat mengenai sasaran!

Selasa, Mei 26, 2009

Amanah Seumur Hidup

Dulu sewaktu saya berada di kampus dan aktif berorganisasi, amanah saya di kepengurusan tidak jauh dari sekretaris atau bendahara. Sebenarnya ini juga sudah jadi bawaan dari SMP, amanah jadi bendahara di kelas selalu jadi pilihan. Ups... bukan pilihan dari diri sendiri, lebih tepatnya pilihan dari teman-teman waktu itu.

Saat ini saya ingin bernostalgia alias mengingat kembali amanah saya di posisi bendahara. Terlepas dari pengalaman saya yang begitu banyak di bidang keuangan ini, sifat kurang teliti saya masih tetap mengakar. Dan jika kekurangtelitian ini muncul maka efek lanjutannya adalah panik. Mungkin banyak teman yang sudah mengenal karakter saya ini, tapi tetap saja... kepercayaan yang diberikan kepada saya selalu sama. Atau mungkin... karena orangnya beda-beda juga, jadi tidak pernah ada yang tahu kalau ternyata saya kurang teliti.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Alhamdulillah...
Walaupun sifat kurang teliti itu masih mengakar, Allah selalu saja memberikan banyak pertolongannya kepada saya. Dan semua itu yang akhirnya menjadi penolong dalam mengatasi kepanikan-kepanikan saya perihal uang. Saya belajar banyak hal dari amanah-amanah yang pernah saya emban sewaktu sekolah dan kuliah. Dan saat ini, hikmah dari semua amanah-amanah itu akan dan harus saya praktekkan dalam kehidupan saya, seumur hidup saya. Ya, inilah amanah seumur hidup yang akan saya emban dan tak akan ada habis periodenya, tidak akan habis masa baktinya, tidak akan habis masa kepengurusannya. Menjadi 'bunda', ibu bendahara, untuk keluarga sendiri, mengelola uang dari suami tersayang untuk keperluan rumah tangga.

Awalnya saya pikir ini adalah amanah yang biasa saja karena saya sudah pernah menjalaninya dan sudah ada pengalaman. Tapi... belum apa-apa dan baru sebatas membuat anggaran keuangan satu bulan ke depan dari pendapatan suami... kok rasanya sudah susah banget, ya! Sepertinya njelimet, repot, bingung. Padahal, sebenarnya mungkin biasa-biasa saja. Hal seperti ini pun umum saya rasakan ketika mengemban amanah menjadi 'bunda' di awal kepengurusan, seterusnya... ya biasa saja. Ketika dijalanin pun... ya biasa saja. Jika ada problem kepanikan-kepanikan, saya jadikan itu sebagai warna/i dalam menjalankan kepengurusan sebagai 'bunda'.

Mungkin, rasa yang saat ini pun hanya sebatas rasa. Saat waktunya tiba dan benar-benar dijalankan, Allah pasti akan selalu ada dan membantu, seperti yang selama ini saya rasakan. Pastinya, ikhtiar semaksimal mungkin, hasilnya serahkan pada-Nya. Saya yakin sang pemberi amanah yang telah mempercayakan amanah ini kepada saya akan selalu membantu. (Betul kan, Mas?) Tapi... jangan diomelin kalau ada salah-salah dikit atau kepanikan-kepanikan nantinya, ya.

Jumat, Mei 22, 2009

Now, It's Real!

Yeah!
All my dream come true several days ago and it's not a dream, it's real!

Udah ah, inggris2an-nya, pakai bahasa Indonesia aja.
Hari ini, 1st day masuk kantor. "Pengantin baru udah masuk nih, ye...", begitu ledekan teman-teman kantor. Ada juga yang mengatakan, "Kok udah masuk siy...?!". Semua saya tanggapi dengan senyum. (masa' mau nangis)

Become a wife! It's real! (lho, kok jadi inggris lagi?!)
Kekuasaan Allah, hanya itu yang bisa saya katakan. Keajaiban ini hanya Allah yang dapat membuatnya. Bayangkan! Sebuah kalimat singkat, "Saya terima nikah dan kawinnya..." dapat membuat segalanya berubah 180 derajat! Seorang laki-laki yang... ntahlah, dulu dia itu siapa, sekarang telah sah menjadi suami saya yang berhak atas diri saya. Bahkan tanggung jawab yang dipikul orang tua atas saya, sekarang berpindah kepadanya.

It's real!
Pun jika semua ini mimpi, rasanya saya tidak ingin bangun dari mimpi itu dan selamanya berada dalam mimpi itu. I hope it's not a dream, but real!

But...
Jangan semua-semuanya dibayangkan indah, ya. Namanya sebuah amanah, pasti ada suka dan dukanya. Jangan karena keterlenaan kita lantas tidak prepare dengan hal yang buruk sehingga ketika hal itu datang, kita jadi shock. Jangan sampai, ya... (buat para calon dan pengantin baru).

Rabu, Mei 13, 2009

Feel Dreaming

Mungkin ini hari terakhir saya di kantor dengan status (di KTP) "belum menikah". Hari terakhir saya dengan status lajang. Besok, saya mulai cuti karena harus mempersiapkan pernikahan yang insya Allah akan dilangsungkan pada hari Sabtu, 16 Mei 2009.

Still same... feel dreaming....
Ini semua nyata, kan? Real, kan? Kok, masih dengan rasa terkaget-kaget dan seakan tidak percaya, ya?! Bahwa 'waktu' yang dijanjikan oleh-Nya itu akan datang sebentar lagi, dalam hitungan hari.
Subhanallah....

Allah itu baik, Mahabaik, akan selalu memberi yang terbaik, kepada hamba-Nya yang baik, di waktu yang baik, dengan cara yang terbaik, dan dengan pilihan-Nya yang terbaik pula.
Believe me!

Mohon do'a dan restu dari pembaca sekalian, ya :)

Gambaran Diri dari Seseorang

Seorang sahabat menuliskan (lebih tepatnya membuat) sebuah puisi untuk saya. Katanya, puisi itu menggambarkan tentang diri saya. Oleh karena dia dekat dengan saya, dia berusaha ingin menggambarkan orang yang terdekat dengannya dalam sebuah bentuk puisi. Kita simak, yuk!

Potret

Ku kenali kau dengan senyum, sapa, dan salam melekat di bibirmu
Rapi, ramah, ribet (mungkin), dan HIGIENIS juga melekat padamu
Itu the 1st time ketika ku melihatmu

Saat mulai dekat...

Kau tukang ngatur, dominan, keras kepala, suka ngomel,
cerewet, ih... laksana Mak Lampir (maaf too much, yah)
He.. he.. he... semua itu kau lakukan demi kebaikanku, kan?!
Tapi sekeras-kerasnya kepalamu,
tak sekeras kepalaku yang kadang bagai batu,
tapi kau selalu menempatkan dirimu bagai air,
yah... semua orang juga tahu,
air bisa memecah batu sekeras apa pun batu itu


Di sisi lain...
Kau begitu penyayang, keibuan, pendengar yang baik, dan juga penurut,baik
Ah... nanti ada yang terbang, lagi

Senang deh...
Kini kau jadi sahabatku,
sahabat terbaik dalam kehidupanku

Kadang kita bertukar tempat, maksudnya?!
Kadang aku manja, dan sifat keibuanmu muncul deh...
Eh... tiba-tiba kalau kau lagi manja...
Fiuh... manjanya setengah hidup

Dek... ini kau telah dewasa
Masuk, deh, ke jenjang yang lebih tinggi,
menikah dengan ayah,
kau pun akan jadi bunda,
senang deh!
by: zAnKI

Itu dia puisinya. Bagi pembaca yang sudah mengenal saya, ada tanggapan? Pantaskah isi dalam puisi itu menggambarkan tentang diri saya yang sebenarnya? Silakan para pembaca menjawabnya sendiri. Bagi saya, prinsipnya hanya satu: "Bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain dan membuat orang lain senang dengan segenap kemampuan yang kita miliki, sungguh merupakan kebahagiaan yang tak terhingga."

Wallahua'lam bishowab

Senin, Mei 11, 2009

Masih Tidak Percaya (Phenomenal Wedding)

Saya hanya bisa menggeleng-geleng kepala saat teman-teman yang mengenal saya dan calon suami mengatakan ketidakpecayaan mereka bahwa kami akan menikah. Apalagi saya dan calon suami adalah teman seangkatan ketika di SMA dulu. Dan yang lebih menghebohkan lagi bagi beberapa teman, kami di SMA dulu tidak ada apa-apa, kok sekarang bisa 'jadian' (baca: menikah). Phenomenal Wedding, kata salah satu dari mereka. Ada juga yang berkomentar, "kisah kasih di sekolah" seperti lagu Obbie Messah saja, pikir saya.

Jodoh, sekali lagi jodoh. Mungkin topik ini tidak akan pernah bosan dan habis dikupas di masyarakat kita, sama halnya dengan topik cinta. Kita memang tidak akan pernah tahu di mana, siapa, kapan jodoh kita karena semua adalah hak mutlak Sang Pencipta, Allah SWT. Kita diperbolehkan berusaha mencari pendamping hidup, tetapi kita tetap tidak bisa mengabaikan ketentuan Allah ini, semua sudah diatur. Orang yang di seberang samudera saja bisa berjodoh, jika Allah menghendaki. Dan bahkan orang yang ternyata dekat pun tidak dinyana bisa berjodoh padahal awalnya tidak kenal, tidak ada apa-apa. Itulah... itulah kekuasaan-Nya, yang tiada bandingannya. Kita semua harus percaya itu.

Lama kelamaan... kok jadi saya yang ikut-ikutan tidak percaya, ya?!
Terlebih lagi "hari itu" semakin dekat. Ups! mana boleh begitu, ya?! Saya yakin dan percaya semua yang datangnya dari Dia pasti baik untuk kita semua. Dan pembaca sekalian juga harus percaya dan meyakini itu.

Tapi... kalau saya boleh bercerita, rasanya memang seperti mimpi. Sebentar lagi masa lajang saya akan berakhir dan status saya akan bertambah. Setelah menjadi anak, kakak, keponakan, sepupu, cucu, dan sebentar lagi akan menjadi seorang istri dari seorang laki-laki yang awalnya bukan siapa-siapa, menjadi seorang menantu dari sebuah keluarga yanga walnya (mungkin) tidak saling kenal, dan menjadi kakak ipar dari adik suammi yang awalnya belum begitu kenal. Subhanallah... status saya akan bertambah tiga dalam waktu kurang dari 5 menit! Allahu Akbar!

Jumat, Mei 08, 2009

Hari Itu 'Kan Tiba

Ambigu? Hari apa? Moment apa? Kapan tibanya?
Mungkin itu beberapa pertanyaan yang muncul di benak para pembaca sesaat setelah membaca judul tulisan saya kali ini. Memang ada 2 moment yang bisa diangkat dari 2 judul di atas. Pertama, yang dimaksud dengan "hari itu" bisa dimaknai dengan kiamat yang kedatangan sudah pasti dan tak bisa dielakkan. Kedua, bagi yang masih jomblo akan memaknai "hari itu" dengan pernikahan. Kali ini saya mencoba untuk menulis tentang hal yang kedua.

Hhhhh....
Tarik nafas panjang dulu sebelum nulis karena memang belum mengalami dan belum tahu pasti seperti apa rasanya menikah. Kalau memasuki jenjang pernikahan, insya Allah sedang dijalani. Banyak pelajaran yang bisa diambil pada masa-masa ini. Jangan disangka karena melalui proses yang sesuai syari'ah lantas tak ada aral rintangan yang menghampiri. Tetapi, justru karena menempuh jalan yang disyari'atkan oleh Allah itu lah maka semakin diuji kekuatan iman orang-orang yang menjalaninya. Apalagi yang memasuki jenjang ini tanpa memegang aturan-aturan syar'i, bisa jadi ujian dan hambatannya bisa lebih besar. Kalaupun tidak ditemukan saat-saat sekarang, bisa jadi ujian dan hambatan itu sedang menanti di masa depan sebagai bentuk pertanggungjawaban perilaku kita di masa lalu yang tidak syar'i. Astaghfirullahal 'adzim...

Yap!
Hari itu 'kan tiba bagi saya. Jika melihat dari tulisan ini dibuat, insya Allah dalam waktu 1 pekan lagi hari itu 'kan tiba. Seperti mimpi, itu yang saya rasakan ketika saya sedang berdiam sejenak dari segenap aktivitas seharian di luar sana. Sejak awal proses perkenalan (ta'aruf) dengan seorang laki-laki, bertemu dengan kedua orang tuanya, mengenal saudaranya, mempersiapkan segala hal untuk hari-H semisal fitting baju, perawatan tubuh, sampai membaca buku-buku berkenaan dengan pernikahan dengan serius, rasanya semua bagai mimpi.

Dengan segenap daya dan upaya berusaha mempersiapkan semuanya agar nanti dapat terlaksana dengan baik, tapi kok masih saja ada perasaan "udah bener belum, ya? udah siap belum, ya?". Rasanya, kalau mengingat itu semua jadi ngga ada habis-habisnya dan ngga akan cukup waktu untuk memikirkannya.

Seorang laki-laki (yang insya Allah) sholeh di seberang sana akan segera datang untuk menjadikan hamba sebagai pendamping hidup (yang insya Allah) satu-satunya sampai di akhir hayat. Sekali lagi saya ingin katakan, "Ini bukan mimpi, kan?".

Detik-detik menjelang "hari itu" semoga berjalan sempurna, begitupula dengan moment di "hari itu". Ya Allah, sesungguhnya hanya engkau sebaik-baik Pelindung dan Penolong. Kabulkanlah do'a hamba. Amiin.

Kamis, Mei 07, 2009

Tidak Boleh Egois

Sejak awal tidak terlalu menyukai puisi (sejak di sekolah lho...). Kalaupun dibaca, hanya sekadar dibaca tanpa memaknainya lebih jauh, sedapatnya aja. Tapi, jika puisi itu memang benar2 menyentuh (alias bagus) bisa jadi akan saya baca berulang-ulang dan dimaknai maknanya dengan antusias.
Puisi "Puisi Cantik Untuk..." saya akui bagus. Puisi itu pemberian seorang sahabat (yang juga jago buat puisi, tapi yang ini bukan puisi buatannya). Saya tertarik ingin mengungkap lebih jauh bait dalam puisi tersebut yang saya beri tinta warna pink. Saya kutip bait tersebut.


Awal dari cinta adalah
membiarkan orang yang kita cintai
menjadi dirinya sendiri,

dan tidak merubahnya
menjadi gambaran yang kita inginkan

Jika tidak,
kita hanya mencintai pantulan diri sendiri
yang kita temukan di dalam dirinya


Benar apa yang tertulis dalam bait tersebut. Banyak terjadi, seseorang berusaha membuat orang yang dicintainya menjadi seperti yang diinginkannya. Bahkan mungkin menjadi orang yang sangat sempurna. Padahal noboby's perfect.

Latar belakangnya bisa bermacam-macam. Sekadar contoh, dia ingin orang yang dicintainya itu bisa dibanggakan di depan orang lain. Misalnya, seorang suami yang menginginkan istrinya jago masak agar ketika si suami mengundang teman-temannya makan di rumah, si suami tidak malu lantaran masakan istrinya tidak enak atau biasa-biasa saja. Padahal, si istri sejak kecil tidak pernah diajarkan masak oleh orang tuanya (mungkin dia anak mami atau memang ngga bakat di bidang memasak). Atau, kalaupun bisa memasak, hanya memasak makanan yang ringan-ringan saja. Mungkin kalau cuma sekadar bisa masak, si istri akan memperjuangkannya. Tapi, saat si suami meminta lebih, "jago masak", si istri sudah dipaksakan. Dipaksakan menjadi seperti apa mau suami. Bisa jadi, si suami punya ambisi ingin jadi seorang juru masak yang handal, tapi lantaran tidak kesampaian maka si istri lah yang jadi 'korban' (ups! maaf untuk para suami).

Ironis, ya. Jika di zaman seperti ini masih ada orang-orang seperti si suami dalam ilustrasi di atas. Padahal (jika menilik dari sisi kerumahtanggaan), seorang laki-laki menikahi seorang wanita adalah agar dapat saling melengkapi, bukan memaksakan kehendak suami kepada istri. Akibatnya, benar kata bait puisi tersebut, si suami hanya bisa melihat pantulan dirinya pada si istri. Jika si suami berwawasan luas, dia bisa melihat, who know's jika si istri punya kemampuan dan kelebihan (baca: bakat) di bidang lain, dan bukan memasak. Siapa tahu jika kelebihan si istri yang tidak dilihat suaminya itu bisa menghasilkan nilai lebih ketimbang jago memasak.

Bingung? Contohnya, si istri terampil memanfaatkan bungkusan makanan yang terbuat dari plastik dan hasil kreativitasnya itu bisa menghasilkan dengan cara dijual ke toko-toko. Bukankah ini akan menambah penghasilan keluarga?! Bukankah dengan begitu, suami tidak memaksakan kehendak dan istri pun tersalurkan kreativitasnya?! Bukankah hal ini akan membuat kedua belah pihak menjadi sama-sama senang?! Menyenangkan, bukan? (pasti jawabannya "iya").

Untuk para suami (karena dari awal contohnya udah suami-istri, jadi keterusan, he..he..), janganlah memaksakan kehendak pribadi kepada istri, jangan berusaha merubah istri menjadi apa yang suami inginkan, tapi berusaha menggali potensi istri agar dapat berkembang dan saling melengkapi. Kalau Anda (para suami) tetap memaksakan kehendaknya kepada istri, berarti Anda tidak mencintai istri Anda, melainkan Anda mencintai diri Anda sendiri. Anda harus akui itu, bahwa Anda merasa minder dengan apa yang dimiliki oleh istri Anda dan berusaha ingin membuat istri Anda seperti yang Anda mau (jujur aja deh!). Eits, untuk para istri jangan senang dulu. Hal ini juga berlaku kebalikannya. Istri pun tidak selayaknya memaksakan sebuah gambaran tentang suami ideal (menurut frame istri) kepada suami. Akibatnya, (bisa lebih fatal) suami bisa menjadi minder dan tidak dihargai sebagai kepala keluarga.

Ok, intinya... tidak boleh egois (betul?). Segitu dulu pembahasan tentang bait puisi di atas. Pembahasannya lebih panjang berkali-kali lipat dari isi di dalam bait puisi itu, ya :). Semoga berkenan bagi yang membacanya.

Rabu, Mei 06, 2009

Puisi Cantik Untuk...

Puisi tercipta dari romantika kehidupan
Dan jadi kilas balik untuk kehidupan
Bacalah untuk direnungkan...

Ada saat-saat dalam hidup
ketika kamu sangat merindukan seseorang

Sehingga ingin hati menjemputnya dari alam mimpi
dan memeluknya dalam alam nyata

Semoga kamu memimpikan orang seperti itu...

Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup,
pintu yang lain dibukakan

Tetapi acapkali kita terpaku
terutama pada pintu yang tertutup,

Sehingga tidak melihat pintu lain
yang dibukakan untuk kita

Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita miliki
sampai kita kehilangannya


Tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu
apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya

Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang cukup
untuk membuatmu baik hati

Cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat
Kesedihan yang cukup untuk membuatmu manusiawi
Pengharapan yang cukup untuk membuatmu bahagia
Dan uang yang cukup untuk membeli segalanya, he..he...

Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cintai
menjadi dirinya sendiri,

dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan
Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri
yang kita temukan di dalam dirinya


Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah
ketika kamu bertemu seseorang
yang sangat berarti bagimu
dan mendapati pada akhirnya bahwa tidak demikian adanya
dan kamu harus melepaskannya


Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu
dengan beberapa orang yang salah
sebelum bertemu dengan orang yang tepat

Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis,
mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari,
dan mereka yang mencoba

Karena hanya mereka itulah
yang menghargai pentingnya orang-orang
yang pernah hadir dalam hidup mereka!


Cinta dimulai dengan sebuah senyuman
Bertumbuh dengan sebuah perhatian
Dan berakhir dengan sebuah tetesan air mata
Hanya perlu waktu semenit untuk menaksir seseorang
Sejam untuk menyukai seseorang
Sehari untuk mencintai seseorang, tapi
Diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang

Bermimpilah tentang apa yang kamu impikan
Pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi
Jadilah seperti yang kamu inginkan
Karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan
untuk melakukan hal-hal yang kamu inginkan

Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain
Apabila hal itu menyakitkan hatimu,
sangat mungkin hal itu menyakitkan hati orang lain pula

Orang-orang yang paling berbahagia
tidak selalu memiliki hal-hal terbaik,

mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik
dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya

Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya,
sebab keelokan paras dapat menyesatkan

Jangan pula tertarik kepada kekayaannya
karena kekayaan dapat musnah

Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum
karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah

Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun
di beranda bersamamu

tanpa mengucapkan sepatah kata pun
dan kemudian kamu meninggalkannya
dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya...


Kiriman dari seorang sahabat.

Allah Maha Segala-galanya

Subhanallah... Alhamdulillah... Allahu Akbar!
Tak ada kata yang bisa saya ucapkan atas semua karunia dari Sang Maha Penguasa bumi ini selain kalimat pertama di tulisan ini. Semua yang saya alami dalam kehidupan yang hampir menginjak tahun ke-26 ini, sungguh memberikan banyak 'aRti'. Ya, banyak, bahkan sangat banyak, tak terhitung. Awalnya, saya merasa semua yang saya alami begitu berat (baca: ujian), tapi ternyata... di balik yang 'berat' itu, Dia memberikan sesuatu yang indah, sangat indah, dan ber'aRti', tentu.
Saya kok jadi berbasa-basi begini, ya. Lama tidak menulis membuat saya jadi kaku memulainya kembali. Dulu, hampir setiap hari diary saya penuhi dengan goresan2 dari jari jemari ini. Lama kelamaan, seminggu sekali saya menulis diary. Sampai sekarang... rasanya sudah lama sekali saya tak menyentuhnya, apalagi menuliskan beberapa patah kata. Saya khawatir, kemampuan saya menulis akan perlahan-lahan hilang karena tak lagi diasah.
Atau...semua basa-basi ini lantaran saya grogi dan malu untuk menuliskan apa yang sedang saya rasakan dan saya alami saat ini?! Entahlah. Allah Yang Maha Segalanya yang jelas pasti tahu apa yang saya sembunyikan itu. Perlahan akan saya coba untuk menuliskannya.

Lama Tak Memberi 'Arti'

Maksudnya..... Lama tak memberi arti pada blog ini. 1st blog yang dibuat dengan sekuat hati karena dulu memang pengen banget punya blog. Sekarang sampai ketagihan utak-atik qreasiqta.blogspot.com. Blog yang lebih dikenal umum karena sifatnya komersial.Mudah-mudahan mulai sekarang bisa lebih produktif, tidak hanya berkreativitas (melalui qreasiqta) tapi juga kembali bangun untuk membangkitkan bakat dan semangat untuk berkarya lewat kata2.