Rabu, Juni 24, 2009

Do'anya yang Kompak

Ada satu permintaan yang saya lontarkan kepada suami di detik-detik menjelang hari miladnya beberapa hari yang lalu. Entah ia sadar atau tidak (ehm..Mas sadar ngga?), sebenarnya saya meminta itu memang lantaran menjelang hari miladnya. Sebuah 'surprised' kecil menuju ke 'surprised' berikutnya.

Selepas sholat maghrib, selesai berzikir, saya memintanya untuk memimpin do'a bersama dan saya akan meng-amin-kannya. Suami saya merasa aneh dan terheran-heran, tapi setelah itu tetap ia lakukan permintaan saya itu. Semua do'a yang ia lontarkan berbahasa Arab, saya mengerti, tapi tidak semuanya saya pahami. Tadinya saya pikir ia akan berdo'a juga dalam bahasa Indonesia, tapi ternyata tidak. Katanya, semua permintaan dan do'a sudah terangkum dalam do'a-do'a dalam bahasa Arab tadi, khususnya di penutup do'a.

Saya mendapatkan inspirasi tentang do'a bersama itu dari guru ngaji saya saat saya ngaji hari Ahad pagi. Kata beliau, suami-istri do'anya mesti kompak, biar diijabah sama Allah, candanya. Tapi, saya pikir, mungkin aja ada benarnya, walaupun saya tidak terlalu mempercayainya. Bukankah do'a yang dipinta oleh banyak orang maka bisa lebih makbul, pikir saya. Makanya, saya meminta suami untuk memimpin do'a waktu itu supaya isi do'a kami sama dan Allah berkenan mengabulkannya.

Selasa, Juni 16, 2009

Pagi Ini...

Pagi ini...
Seperti biasa, saat saya memakai jilbab di depan cermin, suami selalu memerhatikan saya. Dia melihat step2 saat saya memakai jilbab. Sepertinya dia (memang) sedang menghafal step2 itu karena saya pernah bilang kalau adik laki2 teman saya pernah memakaikan jilbab tetehnya dan hasilnya rapi. Dia seperti tertantang untuk bisa melakukannya pada istrinya sendiri.

Pagi ini...
Habit itu kembali dia lakukan. Bahkan, untuk pagi ini, dia membawakan peniti saya di tangannya agar saya tidak bolak-balik ke meja tempat saya menaruh peniti yang jaraknya agak jauh dari cermin. Tak lama, dia melihat di antara peniti-peniti itu belum ada bros-nya. Lalu, dia mencari kotak tempat saya menyimpan bros dengan maksud mau memilihkan bros untuk saya yang match dengan jilbab/baju yang saya pakai. Setelah menemukan kotaknya (yang saya bantu juga karena dia tidak tahu tempatnya), dia langsung memilih bros yang sesuai. Namun, karena saya juga tidak terlalu hafal dengan warna yang ada dalam koleksi bros saya, dan seingat saya tidak ada warna yang match dengan baju yang sedang saya pakai, saya katakan agar memakai warna yang netral saja, silver. Akhirnya, dia memilihkan sebuah bros yang... (apa yang harus saya katakan) sebenarnya sudah lama sekali tidak saya pakai. Selain karena warnanya sudah pudar, saya pun sudah hampir melupakan bros itu. Padahal dulu, teman-teman mengatakan bros itu cantik, bentuknya kupu2 dengan aksen timbul seperti ada berliannya. Bros itu pun saya terima dan saya pakai dengan senang hati. Dalam hati berujar, "bros ini pilihan suamiku".

Pagi ini...
Jadilah, pagi ini saya memakai bros yang sudah lama tak pernah dipakai. Bros kupu-kupu pilihan Mas-ku. Tiba-tiba saja saya jadi kangen sama bros ini. Sedang coba mengingat-ingat bros kupu-kupu ini dulu beli di mana atau dari siapa ya...?

Pagi ini...
Makasih ya, Mas :)

Rabu, Juni 10, 2009

Jangan Mengharap Pada Makhluk

Berharap pada makhluk hanya akan mendatangkan kesedihan saat kau tidak mendapatkannya. Makanya jangan mengharap pada makhluk. Kita tidak pernah tahu kesibukan yang dijalani oleh orang-orang yang kita 'harapkan' akan menolong kita saat kita sedang membutuhkannya. Dan ketika orang yang kita harapkan benar-benar sibuk dan tidak bisa kita harapkan, kita akan kecewa. Tapi, itu memang hak dia.

Sebaliknya, berharaplah hanya pada Allah. Karena Ia tidak akan pernah sibuk. Ia akan selalu ada untuk hamba-hamba-Nya dan selalu mendengar keluh kesah hamba-hamba-Nya. Bahkan isi hati yang terkadang kita tidak tahu, Allah tahu. Saat kita meminta untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita, Allah selalu ada dan tahu jawabannya. Walaupun bukan datang langsung dari-Nya, tapi bisa saja datang dari orang lain yang tidak kita sangka. Atau mungkin...Allah datangkan 'seseorang' yang sebelumnya kita 'harapkan'. See?

Tulisan ini terkesan berantakan. Mungkin karena tidak lagi memikirkan alur, tapi hanya mengeluarkan semua-semua-semua yang ada di kepala secara spontan. Akhirnya, menjawab tulisan No Titled-2, ada yang bisa dirangkai, ada yang bisa diluapkan, ada yang bisa dideskripsikan. Akhirnya... :)

(No Title-2)

Banyak kata-kata yang ingin dikeluarkan dari kepala ini,
tapi sulit sekali merangkaikannya
Banyak rasa di hati ini,
tapi ntah kenapa sulit meluapkannya
Banyak pikiran di kepala ini,
tapi berat sekali mendeskripsikannya

Maaf...

Senin, Juni 08, 2009

Benarkah Semua Nikmat Ini Ujian-Mu?

Tersentak kaget waktu mendengar sebuah pernyataan bahwa "semua nikmat yang sekarang sedang kau rasakan merupakan ujian dari Allah untukmu." Rasanya seperti ditampar, disadarkan, bahwa "engkau jangan terlena!"

Kita memang tidak boleh su'udzon kepada Allah. Semua nikmat yang Allah beri, jelas harus kita syukuri. Banyak cara mensyukurinya, mulai dari sekadar mengucap hamdalah sampai memanfaatkan dengan baik nikmat yangn Allah kasih itu. Tapi, bagaimana jika ternyata nikmat yang Allah kasih ternyata di baliknya ada sebuah ujian yang menunggu kita?! Atau, apakah ketika kita bersyukur dan benar-benar memanfaatkan nikmat dari Allah di jalan kebaikan, lantas ujian itu berubah menjadi 'tambahan nikmat'?!

Hidup yang sepertinya baru berjalan selama 2 tahun ini, rasanya hanya dipenuhi dengan nikmat dan nikmat. Ya, saya merasa baru hidup selama 2 tahu. Usia saya baru 2 tahun. Dan selama 2 tahun ini, saya merasa nikmat Allah tidak pernah berhenti mengalir. Saya mensyukurinya, bahkan sangat mensyukurinya. Sampai sebuah kalimat yang menyentakkan itu terdengar. Seperti disentil telinga ini, rasa sakitnya mungkin tergambar seperti itu.

Ya Allah...
Kenapa diri ini tiba-tiba merasakan sebuah ketakutan akan ujian yang ada di balik semua nikmat-Mu ini. Bukan seharusnya rasa ini ada di dalam hati. Bukankah itu sama saja dengan ragu akan semua kebesaran-Nya yang telah memberikan semua nikmat dan karunia di dunia ini?!
Astaghfirullahal'adzim...

Bukan maksud hati berpikiran akan hal ini. Kalimat di atas sepertinya memang benar adanya. Di setiap apa yang Allah berikan, kita harus yakin bahwa akan ada hikmahnya, berupa apa pun bentuknya. Kepastian yang perlu kita pegang adalah jangan pernah sombong dengan semua nikmat itu. Semua nikmat tidak akan pernah ada tanpa kehendak-Nya. Kita tidak ada apa-apanya di mata Sang Khaliq. Kelak kita hanya manusia yang penuh dosa dan menunggu hisab akan amalan selama di dunia. Dan yang terbaik nanti hanya hamba-hamba yang ta'at dan beriman.

Kemudian, yakinkan diri bahwa ujian yang Allah datangkan akan ada hikmahnya dan yakinlah bahwa ujian yang Allah berikan tidak akan melampaui batas kemampuan setiap hamba-Nya. Allah yang menciptakan diri kita, Dia tahu sampai di mana batas kemampuan kita menerima semua ujian-Nya. Jika diri merasa berat, itu bukanlah yang sebenarnya. Karena apa yang berat menurutmu, belum tentu berat menurut Allah, serta apa yang baik menurutmu belum tentu baik menurut Allah.

Teruslah beramal
Teruslah bersyukur
Teruslah beramal baik
Teruslah...!

Bolehkah, ya Allah...?

Ya Allah... Ya Rabbi...
Alhamdulillahirabbil'alamin
semua nikmat dan karunia-Mu
selamanya tidak akan pernah terhitung
selamanya tidak akan pernah terbalas oleh apa pun
selamanya tidak akan pernah ada yang menandingi

Syukur hamba pada-Mu, ya Allah...

Berkali-kali ucapan syukur hamba pada-Mu
Tak dapat lagi lisan ini menggambarkan
Betapa bahagianya diri ini dengan semua nikmat dari-Mu

Ya Allah...
Jika boleh ku meminta
Izinkan orang yang aku sayang
mendapatkan kebahagiaan ini juga
merasakan apa yang hamba rasakan
menikmati karunia yang sama
seperti yang telah Kau berikan untukku
Bolehkah, ya Allah...?
Bolehkah, ya Allah...?
Bolehkah, ya Allah...?

Hamba tidak ingin merasakan kebahagiaan ini seorang diri
Hamba ingin orang lain turut bahagia
Menikmati karunia-Mu yang tak pernah tertandingi oleh apa pun

Ya Allah...
Perkenankanlah permohonan hamba
Amiin

Selasa, Juni 02, 2009

Semangat!!!

Back to work!
Satu kata itu sebenarnya sudah ada sejak kemarin. Setelah beberapa bulan tidak ada
job yang jelas, mulai kemarin semua kembali normal. Mungkinkah... karena ada proyek?! Entahlah.... Tapi, dengan kondisi begini (semoga bisa tetap begini) juga jelas dan enak, tidak malah jadi luntang-lantung nda jelas.

Sedikit lelah mulai terasa karena tadi malam pulang dari kantor cukup malam. Padahal baru satu malam lembur lho, masih ada 16 hari lagi. Mata jadi terasa berat sekali, ingin meletakkan kepala di meja walau hanya beberapa menit untuk memejamkan mata. Tapi, itu semua hanya khayalan. Sekarang waktunya menyelesaikan semua pekerjaan, menghasilkan sesuatu yang berharga dan berkualitas.

Hari ini, ngga bisa menulis banyak karena pikirannya sudah ke tumpukan kertas di meja. Tuh, kertas-kertas udah pada ngeliatin. Iiiiyyhhh....
SEMANGAT!!!

Senin, Juni 01, 2009

Dua Kecupan di Pagi Hari

Hari ini...
Ya, hari ini adalah hari Senin, tanggal 1 Juni 2009. Awal bulan sekaligus awal pekan, Senin. Hari yang cukup
crowded (mungkin) bagi beberapa orang. Di hari yang cukup mem-bete-kan bagi beberapa orang ini, saya ingin membuatnya menjadi tidak bete, bahkan membuatnya menjadi hari yang menyenangkan. Dan sepertinya memang begitu. GR-nyaaaa...

Hari ini, tepatnya di pagi hari ini, saya memberikan dua kecupan kepada dua orang yang saya sayangi. Pertama, untuk suami tersayang. Bukan kebiasaan yang biasa. "Baru kali ini..." itu kalimat yang terlontar dari lisan suami saya sesaat ketika saya kecup pipinya. Kecupan pagi ini memang saya berikan sambil mendo'akan kesembuhan untuknya karena di awal hari ini, suami saya menunjukkan gejala flu. Rasanya tidak tega. Banyak pesan yang saya berikan untuknya, termasuk membekali sebungkus tisue untuk menemaninya melewati flu hari ini. Semoga flu-nya tidak bertambah parah, ya, Mas-ku... :)

Kecupan kedua. Kecupan kedua saya berikan kepada sahabat tersayang, Kaka. Kenapa? Hari ini, tanggal 1 Juni ini, sahabatku tersayang milad. Miladnya kali ini yang ke-24. Saya memberikan kecupan itu di rumah kontrakannya sesaat sebelum berangkat ke kantor. Banyak do'a yang saya berikan untuknya di hari miladnya kali ini. Semoga Allah SWT memperkenankan permohonan saya. Yang jelas, semuanya yang terbaik untuk sahabat terbaik. 'Met Milad ya, Kaka... :)

Senangnya membuat orang senang hari ini. Dua orang pula. Semoga, di setiap harinya, saya selalu bisa membuat orang senang dan saya pun akan senang.