Kamis, Oktober 29, 2009

- - -

Bingung mau memilih awal kata. Di kepala sedang banyak pikiran tentang kemungkinan-kemungkinan, yang terburuk sekalipun, akibat ketidaktelitian yang telah dibuat sendiri tapi fatalnya menyangkut hajat hidup orang banyak.

Gak bisa cerita lagi...

Senin, Oktober 05, 2009

Lagi Mau Belajar

Hari ini, saya mendapat kenalan baru via online. Awalnya hanya email-email-an karena mau memesan buku. Tapi, setelah coba add di Ym, kita jadi ngobrol deh.

Ntah kenapa tiba-tiba pengen add dia di YM dan pengen kenal lebih jauh. Niatan awal ingin 'belajar'. Ya, sepertinya saya sedang ghirah untuk 'belajar'. Jangan artikan kata itu dengan duduk di bangku sekolah atau kuliah dan mendengar guru atau dosen memberi materi. Kata 'belajar' di sini artinya luas, sangat luas. Seperti yang sedang saya lakukan dengan teman baru saya ini.

Namanya Mba Wulan. Saya panggil 'mba' dengan alasan beliau sudah lebih tua dari saya (belakangan saya tahu usia beliau). Tapi, awalnya memang saya panggil dengan panggilan 'mba' karena memang kebiasaan saya menyapa orang yang belum saya kenal dengan panggilan itu. Belakangan dia bilang dipanggil nama saja, tapi saya belum terbiasa. (Maaf ya, Mba..)

Mba Wulan orang asli Indonesia, orang Jawa Timur. Tapi, sekarang dia tinggal di Jepang karena suaminya WNA dan status anaknya pun WNA. Satu hal yang membuat saya tertarik ingin mengenal Mba Wulan adalah karena beliau adalah ibu rumah tangga yang dulunya adalah wanita karir. Sekarang beliau hanya di rumah mengurus rumah dan kedua anaknya, di samping beragam aktivitasnya yang 'menghasilkan'.

Sudah 6 tahun Mba Wulan hidup berumah tangga. Berbanding terbalik dengan saya yang baru (hampir) 5 bulan. Bahkan Mba Wulan tadi sempat berujar "Wah, masih muda sekali ya". Jadi malu :)

Sekiranya...ini dulu sepotong cerita saya tentang teman baru yang saya kenal hari ini. Semoga di depan nanti banyak lagi pelajaran dan cerita-cerita dari saya tentang Mba Wulan yang bisa saya share di sini ;)

Tidak Mau Mengeluh, Sebenarnya...

Kenapa ya, akhir-akhir ini saya jadi terkesan sering mengeluh?! Padahal, dulu, sepertinya saya orang yang cukup kuat menghadapi bermacam-macam hal. Karena memang selain menjadi 1st in my family, saya pun seperti sudah terbiasa melakukan banyak hal sendiri dan... ya mengeluh sendiri juga. Pun kalau harus mengeluh, ya... sudah ada tempat mengeluh yang 'selalu' ada buat saya, Dia. Tapi, kenapa sekarang jadi terlalu banyak mengeluh pada orang lain, ya?! Iya kalau orang itu betah dan mau mendengar keluhan kita, kalau nggak?! Yang ada kita malah BT karena nggak ada respon yang diharapkan. Bener nggak? Alhamdulillah jika orang tempat kita mengeluh memberikan respon positif yang kita harapkan, sungguh rasanya seperti... tidak bisa saya deskripsikan ;)

Sebenarnya, apa yang saya keluhkan memang hal-hal yang sungguh ingin mendapatkan support
dari orang-orang itu. Walau... (ngaku juga) terkadang ada juga hal-hal yang nggak penting dan nggak perlu dikeluhkan. Dan ketika saya berada di posisi orang yang mendapat keluhan-keluhan 'nggak penting' itu, kok rasanya memang membosankan, ya?! Contoh, deh. Kalau ada bagian tubuh kita yang sakit, lantas kita mengeluh pada orang yang kita percaya, boleh nggak? atau mungkin pertanyaannya, salah nggak? Tapi, kalau sakitnya ternyata tidak terobati lantas ingin mengadu terus dengan orang tersebut, salah nggak? boleh nggak? Dan sekali lagi, jika menilik dari posisi orang yang dikeluhkan, membosankan nggak ya?

Apakah saya harus memilih dan memilah hal-hal yang bisa saya keluhkan?
Apakah saya juga harus memilih dan memilah orang-orang tempat saya mengeluh? Sesuai dengan tema, begitu?
Apakah memang mutlak kebenarannya bahwa jika seseorang itu mengeluh berarti itu pertanda kalau ia tidak bersyukur? Ya Allah... berarti, berapa banyak ketidaksyukuran saya hanya untuk point 'mengeluh' ini ya?!

Belajar bersyukur dan mengurangi mengeluh, yuk! Bismillah... ;)