Kamis, April 08, 2010

Semakin Eksis

Masih ingat dengan tulisan saya yang berjudul "Menunjukkan Keeksisan"? Ini ada lanjutannya. Ya, buah hati kami, sayang kecil kami, seorang bayi mungil di dalam rahim ini, sudah lebih menunjukkan keeksisannya. Tidak tanggung-tanggung :)

Menginjak usianya menjelang 7 bulan, gerakannya -- ntah itu tendangan, tonjokan, dll. -- mulai terasa, sangat terasa. Dalam berbagai kondisi, dia bisa bergerak. Waktu lagi dengar ummi-nya sayang kecil nyanyiin Asmaul Husna setiap pagi, tilawah ayahnya tiap malam, tilawahnya bunda di kantor, lagi diajak ngobrol sama bunda, ummi, atau ayahnya, dll. Alhamdulillah, semua itu insya Allah menunjukkan bahwa dia baik-baik saja di dalam alam rahim sana.

Tapi, sampai sekarang bunda masih aja tetap kaget kalau sayang kecil gerak tiba-tiba. Kadang-kadang latah ngucap "aduh", habis itu baru diajak ngobrol. Main tepuk-tepukan sama bunda udah mulai jarang niy...bundanya agak-agak lupa ;) mudah-mudahan nanti bisa dibiasain lagi.

Ya Allah, berikan semua yang terbaik untuk sayang kecil kami, ya.. :)

Selasa, April 06, 2010

Menjadi Lebih Baik (Seharusnya)

Menikah. Dulu, satu kata itu terdengar begitu indah, walaupun nggak indah-indah banget karena saya juga mengikutsertakan pikiran tentang hal-hal yang 'bertambah'. Iya, yang tadinya cuma ngurus diri sendiri nantinya harus ngurus suami juga, yang tadinya bisa jalan ke mana-mana sendirian 'n cuek nantinya harus jalan berdua dan kalau mau jalan sendiri (tanpa suami) harus izin suami. Tapi, semua itu bukan berarti pengekangan dan beban melainkan tambahan amal yang dapat menambah catatan pahala kita, 'tul nggak? :)

Dalam do'a saya dulu sebelum menikah, saya meminta kepada Allah swt agar didatangkan seorang pendamping hidup yang bersamanya saya dapat lebih meningkatkan ketaqwaan kepada-Nya dan dapat menjadi diri yang lebih baik karena ada seseorang yang dengan setia akan selalu mendengar dan memberi nasihat akan kekurangan-kekurangan kita. Ya, seharusnya memang seperti itu, bukan? Sudah ada 2 orang seharusnya bisa menjadi lebih baik daripada sendiri, bukan?! Semoga hal ini juga yang dapat menjadi salah satu alasan mengapa (orang-orang yang belum menikah) menikah.

Ada satu cerita sederhana dari supervisor saya di kantor, dulu, lama sekali. Katanya, dengan menikah suaminya (laki-laki) hidupnya jadi lebih teratur dan efeknya menjadi lebih sehat. Ketika masih bujang, jarang laki-laki yang memerhatikan pola makannya, Tapi, setelah menikah semua bisa jadi teratur karena ada seorang istri yang mengingatkan. Misalnya, setelah makan jangan lupa untuk makan buah supaya lebih sehat. Contoh lain (di luar cerita) mengkonsumsi suplemen yang aman untuk tubuh 1x seminggu, olahraga secara rutin, mengkonsumsi makanan-makanan sehat (karena kalau masih bujang (mungkin) makan semaunya aja, tidak mempertimbangkan nilai gizi apalagi mudharat-nya buat tubuh), dan sebagainya.

Cerita di atas lebih ke pola makan. Ingin saya tambahkan tentang sikap menghargai orang lain. Ketika masih 'sendiri', makanan yang ada di rumah itu yang dimakan, kalau nggak puas beli lagi di luar sampai terpuaskan. Walaupun ibu atau khadimat-nya sudah masak sepenuh hati, kurang ada penghargaan yang spesial untuk mereka, paling minimal ucapan 'terima kasih' (itu juga kalau inget).

Setelah menikah, seharusnya kita bisa lebih menghargai orang yang masak untuk kita, terlebih itu suami/istri sendiri. Kalau itu suami kita, coba bayangkan, orang yang sudah lelah mencari nafkah untuk keluarga dan di rumah dia sempatkan memasak untuk kita, tapi tidak kita hargai, sedikit pun. Bahkan mungkin, jangan-jangan malah mencemooh dan malah mencari makan di luar karena masakan suami tidak membuat selera makan. Kalau itu istri kita, coba bayangkan, orang yang sudah sehari-hari melayani kita (di luar memasak), membereskan rumah, dan dia juga memasak untuk makan kita, tapi tidak kita hargai, sedikit pun, dalam bentuk apapun.

Satu lagi sebagai bagian dari menghargai, yaitu komunikasi. Hal-hal yang kecil sekali pun perlu kita komunikasikan dengan pasangan kita (udah mulai fokus ke pasangan niy jadinya). Kalau boleh saya katakan, ketika sedang bersama dengan suami/istri (santai) dan ada rasa mau ke toilet, kita perlu katakan kepada pasangan kita itu, tidak langsung pergi saja tanpa berucap satu huruf pun. Simple dan sepele kelihatannya, tapi alangkah baiknya jika kita bisa belajar dari hal-hal simple itu agar bisa melakukan yang lebih besar.

Masih banyak hal-hal, yang kecil sekali pun, yang mungkin kurang kita hargai dari pasangan kita. Cobalah untuk ber-muhasabah diri dan belajar lagi untuk bisa lebih menghargai orang lain sekali pun tanpa ditegur/diingatkan. Berat rasanya, tapi belajarlah ;)