Senin, Januari 24, 2011

Murajaah sama Allah

Ibadah tilawah Al-Qur’an yang sering kita lakukan terkadang tidak lantas membuat kita bisa menghapal Al-Qur’an dengan optimal. Perlu adanya ibadah lanjutan yakni menghapal Al-Qur’an yang (menurut saya) sama rutinnya dengan ibadah tilawah Al-Qur’an. Tetapi, tidak malah membuat kita memprioritaskan salah satunya, melainkan coba untuk seiring sejalan.

Hmm, secara lisan saya mengatakan hal di atas sepertinya mudah sekali, padahal pada praktiknya belum semudah itu. Banyak ujian yang berusaha membuat kita lalai dengan kedua aktivitas itu. Bagaimana mau menghapal dengan baik kalau bacaan Al-Qur’an kita belum baik.

Mengikuti program tahfiz Qur’an merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mem-push kita agar ‘rajin’ menghapal Al-Qur’an. Walau awalnya terkesan paksaan, namun dengan pembiasaan insya Allah hal tersebut akan menjadi suatu kebutuhan nantinya. Mengapa? Ya, karena di setiap pertemuannya, tentu guru tahfiz kita akan meminta tambahan setoran ayat yang sudah kita hapal. Kalau tidak bertambah? Buat apa ikut program tahfiz, iya, nggak?

Salah satu sesi dalam program tahfiz adalah muraja’ah kita kepada guru tahfiz. Yang saya alami (ntah apakah hal ini juga dialami oleh semua orang), ketika saya sudah yakin dengan hapalan, namun saat disetor ke hadapan guru tahfiz mendadak jadi gagu dan akhirnya jadi salah seterusnya. Kenapa, ya?! Saya juga bingung.

Ada lagi cara lain muraja’ah selain kepada guru tahfiz, yaitu muraja’ah kepada Allah. Hah?  Ya, ada yang bilang “percuma hapal tapi kalau tidak sering dibaca”. Benar. Nah, kalau kita tidak punya partner untuk mengecek hapalan kita, muraja’ah saja sama Allah saat sholat lima waktu dan sholat-sholat sunnah. Memangnya Allah akan mengecek bacaan kita? Memangnya Allah akan kasih tahu bacaan kita yang salah? Memangnya Allah akan kasih tahu mana tajwid yang keliru? Memangnya Allah akan kasih tahu makharijul huruf yang salah?

Eits, who knows? Allah punya banyak cara untuk menegur hamba-Nya yang salah atau kelitu. Apalagi jika dia hamba-Nya yang dicintai-Nya, tentu Dia akan ‘menjaga’nya, menjaga dari kekeliruannya agar tidak berlanjut dan mengakar.

Subhanallah, kan?! Dia yang menurunkan Al-Qur’an dengan utuh, tentu Dia paling tahu segala-galanya. Jika ketika kita muraja’ah dengan teman kadang-kadang ada yang lalai, tentu saja jika dengan Allah tidak begitu. Oleh karena manusia serba kekurangan sedangkan Allah Mahasempurna.

So, giat-giatlah menghapal Al-Qur’an, bila perlu ikut program tahfiz. Jangan tunggu nanti-nanti karena “nanti-nanti” itu tidak pasti. Tapi jika tidak sempat, tetaplah menghapal dan muraja’ah saja sama Allah setiap hari. Ok! 

Suapan Pertama

Hari ini tepat 6 bulan Hafizh menghirup udara dunia sekaligus menjadi hari kelulusannya melewati masa ASIX. Sebagai bunda, rasanya bahagiaaaaaa sekali, tak terlukiskan. Rasa khawatir di awal dulu kalau-kalau di tengah perjalanan masa ASIX Hafizh akan berhenti rasanya hilang sudah, lega. Rasa khawatir kalau-kalau di masa 6 bulan Hafizh sakit dan harus ke dokter dan ada yang masuk ke dalam tubuhnya selain ASI rasanya hilang juga, lega lagi. Dan hari ini, hari pertama dan menjadi awal Hafizh belajar hal baru, maem (baca: makan).

Jadwal maem yang sudah bunda create (di kepala) beberapa kali sempat ter-pending karena (ntah kenapa) hari ini Hafizh agak rewel dan sulit sekali tidur dalam waktu lama padahal dia ngantuk sekali. Jadwal makan yang tadinya setelah bangun tidur paginya yang kira-kira jam 9-an, tidak jadi lantaran dia terlihat ngantuk dan akhirnya tidur. Lima belas menit kemudian dia bangun, tapi karena rewel gak bisa ditinggal maka jadwal maem tidak jadi. Siang, tadinya kira-kira jam 1-an mau bunda mulai acara maemnya, eh lagi-lagi Hafizh ngantuk dan setelah dikasih mimik akhirnya dia tidur lelap selama satu jam lebih. Baiklah, setelah mengayunnya beberapa saat, bunda meninggalkannya dan menyiapkan makanan yang akan dia makan setelah bangun tidur. Alhamdulillah rencana berjalan baik.

Oiya, sedikit informasi. Menu maem Hafizh for the 1st time adalah avokad+ASI. Ya, setelah membaca beberapa literatur, bunda memutuskan memberikan avokad+ASI kepada Hafizh. Untuk selanjutnya buah-buahan lain yang direkomendasikan juga akan menyusul. Makanan berkarbohidrat? Nanti dulu  Sarana maem Hafizh? Alhamdulillah, tanpa disangka ketika eyang uti Hafizh sedang beres-beres peralatan dapur, menemukan satu set home food maker merk Pigeon. Jadilah itu jadi peralatan makannya, yang ternyata memang itu yang direkomendasikan 

Lanjut cerita Hafizh...
Bangun tidur, seharusnya sudah jam mimik Hafizh karena memang sudah berselang dua jam, akibatnya persiapan menjelang makan harus bunda percepat lantaran Hafizh sepertinya sudah kelaparan. Bunda memang agak keliru, seharusnya memang jadwal maem Hafizh itu satu jam setelah dia mimik, jadi dia tidak rewel lantaran sudah kelaparan. Ini sebagai bahan pelajaran untuk yang besok-besok, ya, bunda 

Satu, dua sendok awal sempat dia tolak dengan lidahnya. Sendok yang ketiga, Hafizh mulai mau menelan. Raut wajah dengan kening berkerut lantaran baru pertama kalinya menerima benda baru masuk ke mulutnya dengan membawa sesuatu yang harus ditelannya. Selanjutnya, (lagi-lagi) karena memang sudah kelaparan, sepanjang maem sesekali diiringi ocehannya yang tidak sabar. Bunda berusaha mencari cara agar dia tidak bosan dan mau menelan makananya. Waktu terus berjalan, sampai pada suapan yang ke sekian, Hafizh mulai tidak mau menelan lagi, avokad yang sudah masuk dikeluarkannya lagi. Akhirnya, bunda hentikan suapan ke mulutnya lalu bunda kasih mimik karena sepertinya dia memang butuh cairan. Di awal memang terjadi kekeliruan (lagi?), seharusnya bunda menyisakan ASI untuk bunda suapkan setelah menyuapi makanan. Walaupun avokad itu sudah encer tapi bunda rasa dia tetap butuh yang namanya cairan. Ok, lagi-lagi ini menjadi bahan pelajaran buat bunda.

Hhhhh....
Hari ini, hari yang akan menjadi awal hari-hari ke depan yang penuh dengan pengalaman dan momen-momen baru dan pastinya akan menjadi kejutan. Baik untuk bunda ataupun Hafizh, ataupun orang-orang di sekelilingnya yang menyaksikan acara maemnya Hafizh  ‘Met maem, ya, Nak, semoga proses menuju makan yang sebenarnya akan menyenangkan dan selanjutnya Hafizh bisa makan selayaknya orang dewasa dan menjadi penikmat makanan yang lahap dan tidak pilih-pilih makanan (jangan seperti bunda ya, Nak ).