Kamis, Mei 06, 2010

Jangan Mengeluh

Ntah harus mengawalinya dengan kata apa, saya bingung. Cerita aja ya...
Tadi malam, suami saya menceritakan teman SMA-nya (yang juga teman saya) yang sedang hamil. Usianya hampir sama dengan kehamilan saya. Dalam sebuah situs jejaring sosial, teman kami itu menanyakan usia kehamilan saya kepada suami. Lalu, ada juga kalimat agak mengeluh dengan kehamilannya karena merasa lama menunggu waktu lahiran tiba. Oleh karena dia merasa tidak nyaman.

Lantas, apa yang ditulis oleh suami terhadap kalimat keluhannya itu?Dia menjawab pertanyaan tentang usia kehamilan saya dan menambahkan kalimat "...tapi tidak banyak mengeluh". Setelah itu, (kata suami) dia tidak menanggapi kalimat itu.

Saya hanya membalas (memberi respon) senyum kepada suami saat dia bercerita. Di dalam hati, saya cukup bahagia dengan sikapnya yang membahagiakan saya, yang berusaha membanggakan istrinya tetapi bukan berarti ujub melainkan ingin memberikan nasihat kepada teman kami itu. Di dalam hati (lagi) saya mencoba merenung apakah kata-kata suami kepada teman kami itu benar adanya?! Apakah saya memang tidak banyak mengeluh?!

Saya coba merenung, bahkan sampai tadi pagi. Saya merasa ditegur dan dinasihati juga bahwa janin di dalam rahim jangan dianggap sebagai beban, melainkan sebuah anugerah tak ternilai. Bahkan, Allah mengganjarkan surga (mati syahid) untuk para ibu yang meninggal saat melahirkan anak dari dalam kandungannya. Coba lihat di luar sana, begitu banyak pasangan suami-istri yang ingin sekali memiliki keturunan tapi belum juga Allah berikan, sedangkan kita diberikan anugerah itu dengan tidak menunggu lama setelah menikah.

Saya juga teringat dengan banyaknya aktivitas saya yang terhalangi dengan kehadiran sang janin. Tapi, akhirnya saya menyadari dan mensyukurinya bahwa semua ini adalah nikmat-Nya, anugerah-Nya, dan suatu saat nanti saya akan mengenang saat-saat indah dengan perut membuncit ini dikarenakan ada seorang makhluk mungil di dalamnya. Merasakan gerakannya, keaktifannya, dan masa-masa melahirkan yang (mungkin) tak akan bisa terlupakan seumur hidup.

Subhanallah... dengan keadaan saya yang sekarang ini, saya benar-benar merasa betapa agung-Nya Dia, betapa Mahabesar-Nya Dia. Setelah ketakjuban saya dengan saktinya sebuah kalimat ijab-qabul (dulu), sekarang saya kembali merasa takjub dengan kekuasaan-Nya yang dapat menciptakan seorang makhluk yang berawal dari sebuah tempat sempit di dalam rahim seorang ibu. Subhanallah...

Semoga bisa menjadi pelajaran untuk semua calon ibu di seluruh dunia :)
'Tuk Ayahnya sayang kecil: Makasih ya :)

1 komentar:

  1. ...and remember that happiness is a way of travel, not a destination...

    BalasHapus