Rabu, Februari 03, 2010

Ingin Bisa Mengaji

Suatu hari, saat saya sedang (insya Allah) khusyu' tilawah Al-Qur'an, datang seseorang ke meja saya. Saya tahu kedatangannya, saya pikir dia sedang memerhatikan layar komputer yang ada di samping meja saya. Tapi, tiba-tiba mulai ada rasa keanehan, saya hentikan tilawah saya dan menengok ke arahnya. Rupanya, benar, dia sedang mendengarkan tilawah saya.

Lalu, dia mulai bicara, "Gue pengen lho, bisa ngaji kayak gitu", katanya singkat dengan wajah agak-agak malu. Saya katakan saja, "Ya belajar donk!". Dia lalu bilang kalau dulu pernah belajar tapi tidak berlanjut karena sempat bertengkar dengan guru ngajinya lantaran dia baru datang (karena telat) tapi sudah langsung dikasih materi. Setelah itu, dia ngga belajar ngaji lagi, tapi dia pengen belajar lagi, namun malu. Dia malah sempat nyeletuk, "Nanti kalau calon mertua suruh gue ngaji, tapi gue ngga bisa, gimana?". Saya tersenyum mendengar kalimat dia itu. Saya lanjutkan, "Iya, nanti juga kalau ngajarin anaknya ngaji, gimana? Kalaupun anaknya belajar sama guru ngaji, nanti kalau dia nanya sama bapaknya, gimana?" Dia malah tersenyum-senyum. Saya kembali memberinya support untuk belajar ngaji lagi, tapi dia tetap bilang malu karena sudah gede tapi baru mau belajar ngaji. Saya katakan bahwa untuk kebaikan/belajar kenapa mesti malu.

Pembicaraan singkat itu pun berakhir. Saya pun melanjutkan tilawah. Di dalam hati bergumam, alhamdulillah sejak kecil saya sudah diajarkan mengaji. Saya patut mensyukuri itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar