Selasa, Mei 26, 2009

Amanah Seumur Hidup

Dulu sewaktu saya berada di kampus dan aktif berorganisasi, amanah saya di kepengurusan tidak jauh dari sekretaris atau bendahara. Sebenarnya ini juga sudah jadi bawaan dari SMP, amanah jadi bendahara di kelas selalu jadi pilihan. Ups... bukan pilihan dari diri sendiri, lebih tepatnya pilihan dari teman-teman waktu itu.

Saat ini saya ingin bernostalgia alias mengingat kembali amanah saya di posisi bendahara. Terlepas dari pengalaman saya yang begitu banyak di bidang keuangan ini, sifat kurang teliti saya masih tetap mengakar. Dan jika kekurangtelitian ini muncul maka efek lanjutannya adalah panik. Mungkin banyak teman yang sudah mengenal karakter saya ini, tapi tetap saja... kepercayaan yang diberikan kepada saya selalu sama. Atau mungkin... karena orangnya beda-beda juga, jadi tidak pernah ada yang tahu kalau ternyata saya kurang teliti.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Alhamdulillah...
Walaupun sifat kurang teliti itu masih mengakar, Allah selalu saja memberikan banyak pertolongannya kepada saya. Dan semua itu yang akhirnya menjadi penolong dalam mengatasi kepanikan-kepanikan saya perihal uang. Saya belajar banyak hal dari amanah-amanah yang pernah saya emban sewaktu sekolah dan kuliah. Dan saat ini, hikmah dari semua amanah-amanah itu akan dan harus saya praktekkan dalam kehidupan saya, seumur hidup saya. Ya, inilah amanah seumur hidup yang akan saya emban dan tak akan ada habis periodenya, tidak akan habis masa baktinya, tidak akan habis masa kepengurusannya. Menjadi 'bunda', ibu bendahara, untuk keluarga sendiri, mengelola uang dari suami tersayang untuk keperluan rumah tangga.

Awalnya saya pikir ini adalah amanah yang biasa saja karena saya sudah pernah menjalaninya dan sudah ada pengalaman. Tapi... belum apa-apa dan baru sebatas membuat anggaran keuangan satu bulan ke depan dari pendapatan suami... kok rasanya sudah susah banget, ya! Sepertinya njelimet, repot, bingung. Padahal, sebenarnya mungkin biasa-biasa saja. Hal seperti ini pun umum saya rasakan ketika mengemban amanah menjadi 'bunda' di awal kepengurusan, seterusnya... ya biasa saja. Ketika dijalanin pun... ya biasa saja. Jika ada problem kepanikan-kepanikan, saya jadikan itu sebagai warna/i dalam menjalankan kepengurusan sebagai 'bunda'.

Mungkin, rasa yang saat ini pun hanya sebatas rasa. Saat waktunya tiba dan benar-benar dijalankan, Allah pasti akan selalu ada dan membantu, seperti yang selama ini saya rasakan. Pastinya, ikhtiar semaksimal mungkin, hasilnya serahkan pada-Nya. Saya yakin sang pemberi amanah yang telah mempercayakan amanah ini kepada saya akan selalu membantu. (Betul kan, Mas?) Tapi... jangan diomelin kalau ada salah-salah dikit atau kepanikan-kepanikan nantinya, ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar